DENPASAR, BALIPOST.com – Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan Suharto mengatakan kondisi transportasi Indonesia memprihatinkan. Berdasarkan data, pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 8 persen per tahun sementara pertumbuhan, infrastruktur jalan di bawah 1 persen sehingga mengakibatkan kemacetan tak terhindarkan.
Tak hanya itu, kata Suharto yang ditemui Rabu (13/12), akibat dari kondisi itu terjadi kerugian yang jika dikonversi ke dalam nilai rupiah angkanya fantastis. Di Jakarta kerugiannya mencapai Rp 65 triliun per tahun, kota metropolitan seperti Makassar, Bandung, Medan, Semarang, Surabaya mencapai Rp 12 triliun per tahun. Sedangkan kota besar, seperti Denpasar kerugiannya mencapai Rp 10 triliun per tahun.
Untuk itu Kemenhub merancang program mengembangkan transportasi publik. Ada 11 kota yang menyelenggarakan angkutan umum dengan skema buy the service (BTS) dan tahun 2030 secara bertahap akan direplace dari berbahan bakar fosil ke electric vehicle (EV/ kendaraan listrik).
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gde Wayan Samsi Gunarto mengakui banyaknya jumlah kendaraan di Bali yang jumlahnya 4,7 juta, lebih dari jumlah penduduk Bali yang mencapai 4,1 juta. Hal itu karena adanya pergerakan tidak hanya penduduk lokal tapi juga wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi.
“Harus ada kombinasi yang betul antara pergerakan mobilitas pribadi ini dengan mobility yang disiapkan oleh pemerintah,” ujarnya.
Ke depan public transportation perlu didorong dengan berbagai pola agar masyarakat Bali yang sudah lama tak terlayani angkutan umum dapat terbiasa. Selain itu pola lain yang dapat dilakukan denhan pemberlakuan pengaturan pada ruas tertentu hanya boleh dilewati kendaraan umum.
Dengan demikian diharapkan akan terjadi perpindahan yang cukup besar ke kendaraan umum karena menggunakan kendaraan pribadi tidak semenarik kendaraan umum. “Jadi kita memang berlomba melawan sepeda motor yang memang sulit dilawan, namun kita akan berupaya mencari formulanya,” jelas Samsi. (Citta Maya/balipost)