Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Sahadewa

Kebudayaan adalah progress final dari proses manusia untuk menjadi lebih sempurna kebudayaan tidak dapat dimanipulasi dengan politik pun ekonomi melainkan berkolaborasi untuk menciptakan dan merawat kemurniannya. Kemurnian itu bukan tanpa kendali untuk terus menuntun manusia ke jalan yang paling memungkinkan dalam mencapai kesempurnaan hidupnya.

Inilah yang sebetulnya ataupun sebenarnya. Ketika kebudayaan sudah semakin dimaknai sebagai bentuk keseluruhan yang mendasar untuk hidup maka masyarakat semakin sadar diri bahwa kebudayaan bukan beban melainkan sebagai bekal untuk kehidupan
di masa depan.

Ini berarti kebudayaan ikut berproses dalam kehidupan itu sendiri sehingga tidak lantas kebudayaan dianggap tidak bisa berubah secara mendasar. Kebudayaan politik misalnya sudah jauh berubah sekarang dibandingkan pernah terjadi era kerajaan akan tetapi perubahan itu akan dapat berubah lagi seiring dengan kebutuhan.

Inilah yang disebut penulis sebagai bentuk nyata dari perubahan kebudayaan. Bentuk nyata dari perubahan kebudayaan juga mampu untuk mengantar pada kebudayaan politik baru. Di masa depan orang tidak bisa melangkah tanpa kekinian yang ada. Kekinian yang ada adalah pertama, kenyataan yang dijalani saat ini yang dirasakan dan kedua, kenyataan yang ditempuh dengan berbagai kesulitan atau apapun namanya selain itu.

Baca juga:  Bali di Ambang “Overtourism”

Ini berarti bahwa kenyataan adalah kebudayaan yang sedang dijalani untuk menuju kebudayaan yang akan terjadi. Kebudayaan yang akan terjadi pasti terjadi jika pertama, manusia yang menjalani kebudayaan saat ini sudah tidak tulus lagi menjalankan kebudayaannya hanya sebatas formalitas semu.

Kedua, manusia yang mengawasi perjalanan kebudayaan itu semakin terpupus harapannya tentang kebudayaan yang ada. Ini berarti antara yang menjalani dengan yang mengawasi kebudayaan bisa orang yang sama bisa pula orang yang berbeda namun persoalannya justru bukan di sana yaitu orang ataupun manusia yang menjalani dan mengawasi ataupun salah satunya adalah sudah memberikan perhatian sesuai dengan kapasitasnya.

Ini berarti bahwa tinggal pengambil kebijakan untuk bersama dengan berbagai elemen itu dalam merambah kebudayaan yang seperti apa akan ditempuh di masa yang akan datang. Pengambil kebijakan memang tidak bisa terlepas dari politik asalkan politik yang sudah
memurnikan dirinya sendiri jika tidak mampu untuk dimurnikan.

Pemurnian politik atas kebijakan kebudayaan di masa yang akan datang mutlak perlu sehingga kebudayaan tidak menjadi dicampuri oleh politik melainkan politik bahkan maupun ekonomi berkolaborasi untuk
membentuk kebudayaan baru dalam rangka membina kehidupan yang lebih memberikan pencerahan. Sekali
lagi bahwa pencerahan yang dimaksud adalah pencerahan budaya.

Baca juga:  Karakter Berbeda dari Calon Anggota DPD

Budaya mencerahkan itu sendiri tercantum dalam
keberagaman budaya sebagai sebuah kebudayaan sehingga kebudayaan semakin mampu dijadikan sebagai pendidikan yang menunjukkan bahwa manusia itu sendiri sudah beragam. Inilah yang sebenarnya sudah dirintis oleh para leluhur Nusantara. Jika ini sudah dimengerti maka yang terjadi adalah manusia sadar atas kebudayaannya sebagai faktor dan dimensi dalam hidup yang menuntun dirinya untuk mampu menjadi sadar bahwa dirinya itu pun dapat berubah.

Inilah yang menjadikan kebudayaan sebagai cermin. Cermin yang menuntun manusia untuk tidak memecah
kaca jika buruk rupa melainkan membersihkan kacanya ataupun kemungkinan bahkan kepastian atas realitas diri yang mesti diperbaiki sehingga mampu untuk menerimanya sebagai kenyataan dan ini merupakan aktivitas yang sadar agar diri manusia berkebudayaan untuk masa depannya sendiri.

Manusia zaman sekarang tidak bisa terlepas dari teknologi modern namun sebetulnya teknologi pun terus berkembang semenjak dahulu sebagai kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan masa depan
tidak perlu ditakuti oleh teknologi jika teknologi
itu pun disadari bagian dari pembentukan kebudayaan kalau tidak kebudayaan itu sendiri.

Baca juga:  Merdeka Belajar, Pedagogi Pembebasan

Ini menandakan bahwa manusia tidak melepaskan diri dari kebudayaannya melainkan menjadikan kebudayaannya itu mampu memberikan kontribusi atas perkembangan teknologi pula.

Jika memang kebudayaan untuk masa depan semakin disadari tidak terlepas dari berbagai unsur entah politik, ekonomi bahkan teknologi sekarang tingga menjadikan masa depan itu sendiri sebagai sarana untuk menguji kebudayaannya agar kebudayaannya mampu berkiprah.
Berkiprah dalam ranah yang menuntun hidup yang mendasar dan menyeluruh dalam pengertian siap berubah namun siap pula untuk menunjukkan aktivitas perubahan atas kebudayaan.

Aktivitas perubahan atas kebudayaan itu sudah
termurnikan dari infiltrasi politik termasuk tidak terjebak dari kekolotan ekonomi pun fanatisme teknologi oleh karenanya kebudayaan untuk masa depan adalah kebudayaan yang semakin mampu menunjukkan dimensi maupun faktor yang menyatukan hubungan manusia dengan semestanya.

Penulis, Dosen Fakultas Filsafat UGM

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *