JAKARTA, BALIPOST.com – Jawaban tiga calon presiden dalam Debat Ketiga Capres 2024 tidak konsisten dengan visi misi yang mereka sampaikan. Penilaian itu disampaikan peneliti sekaligus Ketua Departemen Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) Lina Alexandra.
“(Para capres) tidak konsisten dengan statement di awal,” kata Lina, menyusul Debat Ketiga Capres 2024 yang diselenggarakan di Jakarta, Minggu (7/1), seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (8/1).
Dalam penyampaian visi misi terkait hubungan internasional, capres nomor urut 1 Anies Baswedan menekankan pentingnya Indonesia hadir menjadi penentu arah perdamaian dan kemakmuran bagi seluruh bangsa, serta menjadikan budaya, kesenian, dan ekonomi sebagai kekuatan bangsa yang mewarnai kancah internasional.
Sementara, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto menekankan bahwa dirinya akan melanjutkan kebijakan politik bebas aktif dan menjalankan politik tetangga baik dengan menjalin hubungan baik dengan negara-negara lain.
Sedangkan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menekankan pentingnya meredefinisi politik bebas aktif yang selaras kondisi kekinian guna menyesuaikannya dengan kepentingan bangsa. Dia juga menekankan pentingnya memperkuat infrastruktur diplomasi dan loyalitas pada kesepakatan tentang dekolonisasi dengan membantu membebaskan semua bangsa tanpa mengintervensi satu dengan yang lain.
Menurut Lina, visi misi ketiga capres cukup baik. Sayangnya visi misi tersebut tidak diperjelas dengan strategi atau kebijakan yang kemungkinan bisa diambil untuk mewujudkan visi misi tersebut.
Lina mencontohkan jawaban capres Ganjar tentang redifinisi politik bebas aktif yang kemudian tidak dirinci melalui strategi yang akan diambil. “Itu kan statement di awal ya. Tapi, kemudian di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan saya rasa tidak terlalu kelihatan bagaimana strategi untuk meredefinisi politik bebas aktif,” katanya.
Kemudian, jawaban terkait pertanyaan tentang perlunya memperkuat kerja sama Selatan-Selatan, yang dipelopori Indonesia melalui Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955, jawaban Ganjar juga kembali kepada isu domestik dan perlunya membangun kerja sama di bidang industri kendaraan listrik.
Begitu juga jawaban Ganjar tentang penanganan isu Laut China Selatan yang menurut Lina tidak secara langsung berkaitan dengan redefinisi politik bebas aktif.
Demikian juga dengan jawaban-jawaban yang disampaikan capres Anies Baswedan. Lina mencontohkan jawaban Anies tentang Laut China Selatan.
Menurut Lina, Anies memang cukup baik menyampaikan kebijakannya untuk mempromosikan budaya populer nusantara untuk mendukung ekonomi nasional
Namun, jawaban Anies tentang perlunya mendorong peran ASEAN dalam penyelesaian Laut China Selatan dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin ASEAN, dinilai Lina sebagai jawaban yang cukup standar atau normatif.
Lina juga melihat Anies tidak menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana Indonesia bisa memimpin ASEAN dalam penyelesaian isu tersebut.
Sementara itu, Lina menilai jawaban-jawaban yang disampaikan capres Prabowo Subianto dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat provokatif. “Misalnya ketika ditanya strategi penguatan kerja sama Selatan-Selatan. Dia langsung bilang Indonesia harus jadi pemimpin semua negara dan bahwa negara-negara lain menghormati Indonesia, dan sebagainya,” kata dia.
Menurut Lina, jawaban-jawaban yang disampaikan Prabowo kerap tidak menjawab secara langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. (Kmb/Balipost)