TABANAN, BALIPOST.com – Keindahan alam pertanian yang dimiliki Kabupaten Tabanan tak perlu diragukan lagi. Bahkan sejumlah desa yang masih bisa eksis mempertahankan alam pertaniannya, membuat potensi ini menjadi sebuah destinasi wisata yang menarik.

Artinya, di tengah upaya menjaga lahan pertanian, pariwisata adalah bonusnya. Seperti yang sudah dilakukan Desa Gunung Salak, Kecamatan Selemadeg Timur. Desa ini menghadirkan pesona alam khas pedesaan yang tak kalah menarik.

Dengan dominasi areal sawah yang masih aktif, Desa Gunung Salak memberikan suasana yang autentik dan tenang. Pemerintah setempat aktif terlibat dalam mempercantik tampilan sawah dengan desain terasering, menambahkan sentuhan estetika pada lanskap desa.

Baca juga:  Desa Adat Geluntung Gelar “Ngusaba Desa”

Dengan situasi seperti itu, kondisi desa wisata di sini tak kalah indah dibandingkan desa lain. Dan di tahun 2022 silam, Desa Gunung Salak mulai menegaskan keberadaannya sebagai desa wisata spiritual ditandai kegiatan festival Desa Wisata Gunung Salak (Dewi Gula).

Perbekel Desa Gunung Salak, I Wayan Wija mengatakan pihaknya berupaya melakukan penataan pada sebelas mata air yang mengelilingi wewidangan desa, yang merupakan penunjang keberadaan desa wisata spiritual nantinya. Selain juga menjaga lahan pertanian, apalagi pemerintah desa telah menerima surat terkait dengan lahan sawah yang dilindungi.

Baca juga:  Perampok Asal Rusia Modifikasi Senpi Brimob

Sudah ada komunikasi dan koordinasi sebelumnya dengan para petani setempat agar sawah yang masih aktif tidak boleh dialihfungsikan, dan jika seandainya dijualbelikan fungsinya harus tetap sawah.

Selain sebelas mata air, di desa ini juga ada beberapa air terjun yang masih alami. Misalnya air terjun Tibusampi, Singsing Sangihan, dan Singsing Tumpuk. Kesebelas mata air ini, sambungnya, juga sangat menunjang aktivitas melukat atau pembersihan diri. Beberapa sumber mata air yang sejauh ini mudah diakses adalah Beji Sudamala, Beji Keris, dan Beji Mumbul.

Baca juga:  Polisi Gagalkan Pengiriman Kulit Babi Tanpa Dokumen

Sejak digelar festival Dewi Gula tahun 2022, sudah mulai banyak warga yang datang untuk melukat. Ada dari warga luar desa, warga lokal termasuk ada pula wisatawan asing dominan Eropa. Mengingat pentingnya kegiatan festival ini sebagai ajang promosi, tentu sudah dikonsep akan kembali digelar dalam waktu dekat, kemungkinan di tahun 2025. (Puspawati/balipost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *