Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Debat adalah salah satu aktivitas dalam bertukar pendapat terhadap suatu topik atau gagasan. Kegiatan debat sangat familiar di kalangan pendidikan formal khususnya di sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi, dimana kegiatan debat sering dilakukan untuk melatih kemampuan analisis kritis dan berbicara di depan publik.

Sekolah menengah mayoritas memiliki kegiatan ekstra kurikuler seperti debate club. Para peserta didik yang memiliki kegemaran berbicara dan kompetensi berbicara di atas rata-rata biasanya ikut bergabung dalam club ini dan sering diikutsertakan dalam berbagai ajang lomba debat di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.

Peserta debat di sini bukan hanya dituntut untuk mampu berbicara, tetapi mereka harus punya wawasan yang luas dalam topik yang diangkat disertai fakta-fakta dan data-data yang mendukung. Bila debat dilakukan dalam bahasa Inggris, maka mereka pastinya sudah harus memiliki kemampuan bahasa Inggris sebagai persyaratan utama, sebagai medium dalam berkomunikasi.

Baca juga:  KPU Tetap Gelar Kampanye Metode Debat Capres-Cawapres

Aturan utama sebuah debat agar berjalan dengan maksimal adalah adanya kelompok pro dan kontra terhadap mosi (topik) yang diangkat untuk diperdebatkan. Kelompok yang berdebat hendaknya menyampaikan poin-poin penting yang menjadi acuan dan gagasannya dalam adu argumentasi.  Kelompok yang pro akan berusaha mengemukakan gagasan-gagasan yang mendukung mosi yang diangkat, sedangkan kelompok yang kontra atau oposisi akan berusaha untuk memberikan argumen yang menyanggah kelompok pro.

Langkah-langkah debat biasanya dimulai oleh moderator yang membuka debat, menyampaikan mosi, lalu memperkenalkan kelompok-kelompok yang berdebat. Setiap kelompok yang diwakili oleh salah satu tim kemudian menyampaikan pendapatnya terhadap mosi dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah itu, dilanjutkan dengan anggota-anggota lainnya untuk saling beradu argumentasi untuk mempertahankan gagasannya. Langkah terakhir dari debat adalah kesimpulan, dimana setiap kelompok akan menyimpulkan gagasan kelompoknya.

Dalam beradu pendapat dan gagasan inilah etika debat harus menjadi perhatian peserta debat. Yang pertama adalah etika kesopanan. Mereka harus menjaga sopan santun ketika berbicara. Semua pihak yang berdebat mestinya tidak menggunakan bahasa-bahasa yang bersifat meremehkan dan menyinggungg lawan debat. Apalagi bila sampai menggunakan bahasa yang kasar dan bersifat memojokkkan kemampuan seseorang, demi untuk menjatuhkan lawan. Ini sungguh melanggar aturan debat yang semestinya.

Baca juga:  Kecerdasan yang Bermoral dan Beretika

Etika kedua adalah tidak menimbulkan kebingungan kelompok lawan dengan merujuk pada istilah yang kurang berterima, apalagi bila keluar dari mosi yang diangkat, ini adalah sebuah pelanggaran. Dalam berdebat hendaknya peserta debat mampu menyatakan argumen-argumen yang logis dengan data faktual, bukan hanya membuat pernyataan atau pertanyaan yang hanya menggunakan satu kalimat yang berisi terminologi yang tidak familiar. Tugas peserta debat adalah menyampaikan argumen dengan jelas dan logis agar berterima dengan baik bagi kelompok-kelompok yang berdebat.

Hal yang juga mendasar dalam kegiatan berdebat adalah tidak menggunakan pernyataan-pernyataan negatif yang bersifat menyerang lawan dan mengolok-olok apalagi sampai dengan merujuk orang lain yang tidak ada hubungannya dengan topik debat. Jadi, dalam beradu pendapat, peserta debat tidak menyerang lawan dengan membabi buta, tetapi setiap gagasan mestinya dilengkapi dengan informasi yang akurat dengan data-data bukan dengan alasan-alasan normatif.

Baca juga:  Hukuman Berat Dianggap Mampu Perbaiki Etika Publik

Adanya pemberian contoh-contoh nyata dari sebuah gagasan sangat berguna, sehingga argumen menjadi lebih kuat.

Sikap adalah etika yang sangat fundamental dalam berdebat. Sikap dalam berbicara seperti menunjukkan rasa hormat kepada orang yang diajak debat sangatlah penting. Apalagi peserta yang diajak berdebat adalah orang yang lebih tua, maka dalam membangun narasi debat mestinya dikemas bukan hanya dengan bahasa yang santun tetapi juga sikap yang baik yang ditunjukkan oleh perilaku yang tertata dan sepatutnya. Sebuah kutipan bijaksana mengajarkan bahwa jika peserta debat tidak mampu membuat gagasan-gagasan yang mengesankan, sebaiknya lakukan tindakan-tindakan yang membuat orang terkesan.

Penulis, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *