Bendera nasional Lebanon (kanan) dan bendera Hizbullah. (BP/Ant)

YERUSALEM, BALIPOST.com – Apabila kelompok Hizbullah tidak angkat kaki dari wilayah perbatasan di Lebanon selatan, Israel pada Kamis (25/1) mengeluarkan ancaman akan melakukan penyerangan.

Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz dalam pertemuan dengan Menlu Italia Antonio Tajani di Yerusalem Barat, meminta pemerintah Lebanon untuk mengusir Hizbullah dari Lebanon selatan. Kalau tidak, kata Katz, “Lebanon akan menghadapi pukulan telak yang tidak dapat pulih kembali.”

Ketegangan telah meningkat di sepanjang perbatasan antara Lebanon dan Israel di tengah baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah, dalam bentrokan paling banyak menelan korban jiwa sejak kedua pihak terlibat perang skala penuh pada 2006.

Baca juga:  Diundur 9 Desember, KPU Lakukan Sinkronisasi Data Pemilih

Ketegangan di perbatasan tersebut terjadi di tengah serangan militer Israel di Jalur Gaza, yang menewaskan hampir 25.700 orang menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

Dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (26/1), Menlu Italia mengatakan di platform X bahwa dia sepakat dengan Katz “untuk memperkuat inisiatif kemanusiaan bersama” bagi warga Palestina di Gaza.

Tajani juga menyuarakan kesiapan negaranya untuk “merawat 100 anak-anak (terluka) dari Gaza di Italia.”

Baca juga:  Waspadai Perang Israel-Hizbullah, Tujuh Negara Minta Warganya Tinggalkan Lebanon

Dalam unggahan lain di platform X yang mendokumentasikan pertemuannya dengan Presiden Israel Isaac Herzog, Tajani mengatakan negaranya mendukung solusi dua negara “sebagai satu-satunya cara menuju perdamaian di Timur Tengah.”

Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Gempuran Israel telah menewaskan sedikitnya 25.700 warga Palestina dan melukai 63.740 lainnya.

Sementara itu, hampir 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas tersebut. Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Kmb/Balipost)

Baca juga:  Produk Legislasi Tak Maksimal, DPR Tak Lagi Kejar Target
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *