Perayaan Imlek di Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Denpasar, Sabtu (10/2). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun Baru Imlek 2575 merupakan tahun Naga Kayu. Menurut keyakinan masyarakat Tionghoa, Naga merupakan simbolik dari kekuatan, keberanian, dan juga kemasyuran. Sedangkan kayu memiliki makna pertumbuhan.

Sekretaris Griya Kongco Dwipayana, Jro Mangku Padmi disela-sela perayaan Imlek di Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Denpasar, Sabtu (10/2), mengatakan diyakini tahun ini akan terjadi pertumbuhan yang agresif, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan dan lainnya. Juga di tahun ini orang-orang akan lebih berani.

Lebih lanjut, Jro Padmi menuturkan perayaan Imlek di kongco ini telah dilakukan sejak Jumat (7/2) malam. Dimana perayaan diawali dengan acara tutup tahun 2574, dan dilanjutkan dengan ritual menyambut tahun baru 2575.

Baca juga:  Yayasan Pancer Langiit Tampilkan 15 Kostum Terbaik di SeaSandLand

Pada ritual tersebut diadakan persembahyangan penyambutan para dewa untuk berstana di stananya masing-masing. Tidak hanya itu, pada malam pergantian tahun juga ditampilkan kesenian Barong Sai, Naga dan lainnya.

Perayaan Imlek ini biasanya akan berlangsung selama lima belas hari, sampai Cap Go Meh.

Sementara itu, salah satu Pemangku Griya Kongco Dwipayana, Mangku Alit Satya Guna menambahkan di kongco ini terdiri dari tiga penganut kepercayaan, yakni Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Selain itu di kongco juga ada stana dari Ida Kanjeng Ratu Segara Kidul. Jadi disaat perayaan Imlek, yang datang untuk bersembahyang dari berbagai kepercayaan.

Baca juga:  Antisipasi COVID-19, Kapal Viking Sun Ditunda Sandar di Pelabuhan Benoa

“Di saat perayaan Imlek, yang datang ada dari orang Hindu, dari Budha, orang Kristen, orang Muslim, Tao. Mereka datang untuk merayakan tahun baru Imlek,” terang Jro Mangku Alit.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, di Griya Kongco Dwipayana Tanah Kilap, Denpasar terdapat beberapa pelinggih Hindu, seperti Padmasana, Ida Ratu Niang Lingsir, Ida Ratu Mas Melanting, Ida Ratu Gede Pengenter Jagad, dan Ida Ratu Hakim Agung. Sedangkan untuk umat Budha, terdapat gedong Budha tersendiri, dan untuk Kong Hu Chu ada sejumlah gedong yang tersebar di wiayah kongco.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Bali Masih Puluhan, Tapi Kesembuhan Sudah Hampir 85 Persen

“Kita punya rupang, yang di Hindu disebut pretima, seperti patung yang kita sucikan. Itu simbolis wujud Beliau,” jelasnya. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *