DENPASAR, BALIPOST. com – Keprihatinan terhadap kondisi alam yang semakin berubah, serta banyaknya Pembangunan – Pembangunan yang notabene akan memberi dampak terhadap lingkungan, membuat siswa – siswi SMAN 1 Denpasar ini menciptakan semen ramah lingkungan. Bahkan penemuan mereka memperoleh penghargaan di ajang internasional yaitu Bangkok International Trade and Exhibition Centre (BITEC) di Bangkok, Thailand. Mereka mendapatkan medali perak untuk kategori class e.
Mereka adalah Masayu Adithi, Surya Pradnyana, Gungde Putra, Panji Maha, Anya Putri, Devany Felisya, Narendratanaya. Ketika ditemui Selasa (13/2) di Bross 57 Café, Renon, Surya Pradnya menerangkan bahwa semen ramah lingkungan yang mereka ciptakan diberi nama Shellea. Terbuat dari campuran cangkang telur, abu sekam padi, lempung tepung sagu.
“Kita menekankan agar produk ini baik untuk lingkungan, jadi ecofriendly-nya kita tekankan. Cuma disamping itu, kita berharap semen ini suatu hari nanti dapat digunakan untuk masyarakat secara konvensional,” ujarnya.
Setelah melakukan riset selama kurang lebih 3 bulan, hasilnya semen ciptaan mereka tak jauh beda dengan semen konvensional. Karena ia telah melakukan uji coba untuk menentukan komposisi bahan yang terbaik untuk eco cement. Mereka akhirnya menemukan komposisi 1: 1 untuk cangkang telur dan abu sekam padinya, yang mana hasil ujinya di angka 59. Angka tersebut sangat dekat dengan angka standar internasional yaitu semen dengan standar perekatan.
Namun diakui, eco cement ciptaan mereka belum bisa menjadi substitusi semen konvensional tapi bisa digunakan sebagai perekatan terutama untuk batu bata dan dinding, sedangkan untuk beton, ia belum bisa mengklaim tingkat perekatannya.
Keuletan dan kerja keras membuat mereka berhasil meraih prestasi membanggakan tingkat internasional bersaing dengan 25 negara dan jumlah peserta 608. Lomba yang berlangsung dari tanggal 2 – 6 Februari 2024 menempatkan mereka pada posisi strategis, mengharumkan nama Indonesia.
Dukungan terhadap karya ilmiah tersebut tidak hanya dari pihak sekolah namun juga pemerintah. Dukungan orang tua pun tak kalah besar. Di sela – sela kesibukan belajar menyambut ujian nasional, 7 siswa kelas XII IPA IV ini tetap dapat menyelesaikan karya ilmiah tepat waktu.
Masayu Adithi yang akrab disapa Gek Mas menambahkan, kecintaannya pada alam dan lingkungan membuat mereka memiliki ide untuk menggunakan bahan – bahan yang mereka temui. Kala itu Masayu melihat di sawah usai panen banyak abu sekam padi yang tak digunakan, begitu juga sampah dapur berupa cangkang telur yang tak digunakan.
Berbekal kreativitas, tiba – tiba terbersit ide untuk menggunakan limbah – limbah tersebut menjadi bahan baku semen. Namun tentu saja, masing – masing dari mereka mencari referensi kandungan dan efek dari masing – masing bahan untuk memberi fungsi perekat sebagai semen.
Keaktifan para remaja ini mencari informasi tentang kompetisi juga membawa mereka pada ajang bergengsi ini. Diakui di sekolah terdapat ekstra KIS, namun untuk mengikuti kompetisi menurutnya tak melulu harus didorong pihak sekolah ataupun orang tua.
“Sebenarnya kita sendiri mencari informasi seputar kompetisi, dan kita menemukan kompetisi ini. Sebelumnya kita juga sudah sering ikut lomba, jadi kita teman sekelas, teman belajar, kita ingin melakukan hal – hal positif bersama teman – teman salah satunya dengan karya ilmiah kita ini,” ungkapnya.
Ia berharap capaian ini dan upaya – upaya yang dilakukan anak – anak seusianya dapat diikuti adik – adik kelas serta generasi muda. Menurutnya, tidak salah jika aktif dalam berbagai kegiatan dan aktivitas, asalkan aktivitas di sekolah tak diabaikan. Meskipun sudah kelas XII dan akan mengikuti ujian nasional bukan halangan untuk aktif mengikuti kegiatan (Adv/Balipost)