JAKARTA, BALIPOST.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam peristiwa erupsi yang berlangsung selama 102 detik di kawah Gunung Semeru, Jawa Timur. Masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari pusat erupsi.
Dikutip dari Kantor Berita Antara, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Sigit Rian Alfian mengatakan, letusan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu terjadi pada Sabtu (24/2), pukul 23.24 WIB
“Tinggi kolom erupsi tidak teramati. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter,” kata Sigit.
Masyarakat tidak diperbolehkan melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
PVMBG juga mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.
Awan panas, guguran lava, dan lahar perlu diwaspadai di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Berdasarkan pengamatan PVMBG, keberadaan sumber magma pada kedalaman enam kilometer menyebabkan Gunung Semeru aktif mengalami erupsi dan berbagai aktivitas kegempaan lainnya.
Pada tahun 2023, Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut mengalami erupsi sebanyak 29.131 kali, dan menduduki posisi gunung berapi paling aktif di Indonesia. (kmb/balipost)