Warga membeli kebutuhan hariannya di Pasar Kereneng, Denpasar. Kebutuhan pokok cukup mempengaruhi inflasi di Bali dikarenakan harga yang mengalami kenaikan. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pada bulan Februari 2024 secara year on year (y-on-y), Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,98 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 105,95. Inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Tabanan sebesar 3,87 persen dengan IHK sebesar 108,23.

Sementara itu, inflasi terendah tercatat di Kota Denpasar sebesar 2,72 persen dengan IHK sebesar 105,93.

Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani, Jumat (1/3) mengatakan, inflasi tahunan (yoy) terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sembilan kelompok pengeluaran, yaitu, kelompok makanan, minuman dan tembakau naik setinggi 7,23 persen, kelompok pakaian dan alas kaki setinggi 1,77 persen.

Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga setinggi 0,17 persen, kelompok kesehatan setinggi 1,94 persen, kelompok transportasi setinggi 0,63 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya setinggi 2,44 persen, kelompok pendidikan setinggi 3,16 persen kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran setinggi 1,75 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya setinggi 1,93 persen.

Baca juga:  DPR Berencana Bangun Apartemen

Sementara itu, dua kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga turun sedalam 0,26 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sedalam 0,03 persen.
Secara bulanan (mtm), Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61 persen. Sementara secara year to date (ytd), tercatat inflasi sebesar 0,52 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada bulan Februari 2024 antara lain beras, daging ayam ras, cabai merah, tomat, bawang putih, Sigaret Kretek Mesin (SKM), biaya akademi/perguruan tinggi, telur ayam ras, pisang, kue basah, air kemasan, Sigaret Putih Mesin (SPM), biaya sekolah menengah pertama, kopi bubuk, iuran pembuangan sampah, bimbingan belajar, gula pasir, pembalut wanita, Sigaret Kretek Tangan (SKT), dan wortel.

Baca juga:  Prevalensi Perokok di Bali Masih Tinggi, Solusinya?

Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain bawang merah, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, cabai rawit, minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, sawi hijau, tongkol diawetkan, kacang panjang, kangkung, bayam, sabun cair/cuci piring, buncis, shampo, sabun mandi, telepon seluler, canang sari, terong, kasur, tisu, dan ikan layang/ikan benggol.

Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-t-m pada bulan Februari 2024 antara lain beras, tomat, cabai merah, daging ayam ras, daging babi, canang sari, pembalut wanita, Sigaret Kretek Mesin (SKM), jeruk, pisang, buncis, facial / peeling, kangkung, parfum, makanan ringan/snack, Sigaret Putih Mesin (SPM), dan penyedap masakan/vetsin.

Baca juga:  Sebabkan Kerumunan dan Langgar Prokes, Konser Musik di Alun-alun Bangli Dibubarkan

Komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain bawang merah, cabai rawit, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, angkutan udara, kacang panjang, tongkol diawetkan, ketimun, labu siam/jipang, hand body lotion, bawang putih, minyak goreng, semangka, ikan cakalang/ ikan sisik, kol putih/kubis, udang basah, dan sawi hijau. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *