Menko Perekonomian Airlangga dalam Dialog dan Resepsi Bisnis, Melbourne, Australia, Selasa (5/3/2024). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Total investasi luar negeri atau Foreign Direct Investment (FDI) Australia di Indonesia mencapai 545,2 miliar dolar AS pada 2023. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

FDI Australia di Indonesia tumbuh 4,0 persen sepanjang 2023. Hal itu menjadikan Australia sebagai salah satu mitra penting bagi Indonesia.

“Australia telah dan akan selalu menjadi mitra penting bagi Indonesia. Pada tahun 2023, Foreign Direct Investment (FDI) Australia di Indonesia tumbuh sebesar 4,0 persen atau setara 545,2 miliar dolar AS, dengan jumlah proyek yang terlibat meningkat signifikan yaitu 200,6 persen,” ujar Menko Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (5/3).

Baca juga:  Cegah Penyebaran COVID-19 Mengganas, Australia Batasi Penerbangan dari India

Secara total, Australia berada di peringkat 10 dari 168 negara yang berinvestasi di Indonesia dan kontribusinya mencakup 1,1 persen dari total FDI atau 50,268 miliar dolar AS pada tahun 2023.

Dalam rangka kunjungan kerja ke Australia, Menko Airlangga bertemu dengan para pelaku usaha Indonesia dan Australia dalam Dialog dan Resepsi Bisnis.

Di hadapan pelaku usaha Indonesia dan Australia, Menko Airlangga juga menekankan kembali visi perekonomian Indonesia 2045 sebagai negara berpendapatan tinggi dalam 20 tahun ke depan.

Menko Airlangga menjelaskan, penguatan integrasi ekonomi lintas batas memainkan peran penting dalam strategi pertumbuhan. Oleh karena itu, Indonesia sudah mulai membuka diskusi aksesi dengan Organisasi Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CP-TPP).

Baca juga:  Pasar Makin Moncer, Garuda Tambah Flight ke Bali dari Melbourne

CP-TPP, mempercepat kesepakatan dengan Uni Eropa serta terlibat aktif pada Indo Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF).

Sebagai informasi, CP-TPP adalah perjanjian dagang antara 11 negara yang mencakup Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam.

“Instrumen-instrumen ini memberikan peta jalan yang komprehensif untuk meningkatkan investasi berkualitas dan pertumbuhan yang didorong oleh ekspor serta akan membuka kerja sama dan akses pasar ke blok-blok ekonomi besar,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams yang hadir dalam pertemuan mengatakan, Indonesia dan Australia akan terus berkomitmen untuk meningkatkan hubungan bilateral dalam berbagai sektor.

Baca juga:  2021, Minat Investasi di Buleleng Naik 4 Kali Lipat

Mewakili Australia, dia juga akan memberikan dukungan dalam aksesi keanggotaan Indonesia pada OECD dan CPTPP, serta akan bekerja sama dengan lembaga terkait sebagai tindak lanjut Nota Kesepahaman (MoU) Indonesia-Kamboja Electric Vehicles.

“Pada tahun ini, hubungan diplomatik Indonesia dan Australia memasuki usia 75 tahun, dan kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan hubungan bilateral pada berbagai sektor,” ujar Penny Williams.

Dalam pertemuan itu, Menko Airlangga juga mendorong agar terlaksana kolaborasi yang lebih kuat pada sektor-sektor penting, khususnya dalam rantai nilai energi dan pertanian berkelanjutan, kendaraan listrik dan manufaktur teknologi, pendidikan, pemanfaatan potensi sumber daya maritim, termasuk pengembangan megaproyek Ibu Kota Negara (IKN). (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *