MANGUPURA, BALIPOST.com – Tradisi Mekotek yang diselenggarakan Desa Adat Munggu, Mengwi, Badung telah menjadi ikon desa wisata Munggu. Tradisi yang dipercaya sebagai penolak bala rutin digelar setiap enam bulan sekali, tepatnya 210 hari atau tepat pada Sabtu Kliwon Kuningan atau Hari Raya Kuningan.

Kegiatan tersebut diikuti oleh pemuda pemudi di Desa Adat Munggu yang terdiri dari 12 banjar.

Bendesa Adat Munggu, I Made Suwida mengatakan tradisi Mekotek juga diyakini sebagai upaya penolak bala, sehingga pantang untuk ditiadakan. Pihaknya tidak berani untuk tidak mengadakan. Karena ini berkaitan dengan keyakinan masyarakat Desa Adat Munggu, tradisi Mekotek sebagai penolak bala.

Baca juga:  Menyibak Alam Desa Tua Cau Blayu

Seperti diketahui, tradisi Mekotek telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2016. Menurut Sejarah, tradisi Mekotek diperkirakan sudah dilaksanakan pada masa jaya Kerajaan Mengwi tahun 1.700 Masehi. Ritual mekotek diawali dengan penyiapan kayu pulet, ujungnya dihiasi daun pandan serta tamiang.

Kemudian dilanjutkan dengan menyucikan dan nedunang Tamiang Kolem yang distanakan di Pura Puseh, Desa Adat Munggu. Tradisi ini sebagai wujud perayaan kemenangan pasukan Taruna Munggu pada peperangan, kayu yang digunakan pun adalah kayu pulet.

Baca juga:  Cegah Potensi Gangguan Pemilu di Medsos

Tradisi ini sempat beberapa kali tidak digelar sehingga terjadilah wabah penyakit di Desa Adat Munggu. Dari kejadian tersebut banyak masyarakat yang meninggal, sehingga para tokoh agama dan adat melakukan negosiasi dengan penjajah. Akhirnya tradisi mekotek kembali diizinkan dilaksanakan, namun menggunakan kayu pulet sebagai pengganti tombak. (Parwata/balipost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *