DENPASAR, BALIPOST.com – Warga Desa Adat Kesiman, Denpasar dengan suka pada Redite Pon Wuku Medangsia, Minggu (17/3), menggelar tradisi ngerebong di Pura Petilan Kesiman. Bagi warga Kesiman Pengerebongan adalah Galungan Utama karena kemeriahannya.
Apalagi ngerebong sejak 2018 dinyatakan sebagai warisan budaya asli Denpasar menjadi Warisan Budaya Tak Benda oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya RI.
Pagi harinya diadakan parade penjor dilanjutkan para manca dan prasanak pengerob Pura Petilan di Kesiman dengan pelawatan berupa Barong dan Rangda diusung ke Pura Musen dan Pura Petilan. Tradisi ini diawali dengan upacara Nyanjan dan Nuwur.
Tujuan upacara ini untuk memohon kekuatan suci Bhatara-Bhatari agar turun melalui pradasar-nya dari para umat dari para manca dan prasanak pangerob. Umumnya para pengusung rangda dan pepatihnya setelah dilakukan upacara Nyanjan dan Nuwur itu dalam keadaan trans atau kerauhan.
Selanjutnya semua pelawatan Barong dan Rangda serta para pepatih yang trance itu keluar dari Kori Agung, terus mengelilingi wantilan dengan cara prasawia bergerak dari timur ke utara, ke barat, ke selatan dan kembali ke timur. Terus demikian sampai tiga putaran.
Setelah upacara Pangeluwuran itu, dilanjutkan dengan upacara Maider Bhuwana Bhatara-Bhatari para Manca dan Prasanak Pangerob dengan semua pengiringnya kembali mengelilingi wantilan sesuai arah jarum jam.
Pradaksina ini dilakukan tiga kali sebagai simbol pendakian hidup dari Bhur Loka menuju Bhuwah Loka dan yang tertinggi menuju Swah Loka, yaitu alam kedewatan.
Wakil Bendesa Kesiman yang juga budayawan Desa Kesiman, I Gede Anom Ranuara menegaskan Ngerebong adalah sebuah pangilen yang dilaksanakan di Pura Agung Petilan untuk menciptakan keseimbangan dunia khususnya Gumi Bali.
Tradisi ini sudah dipatenkan sejak 1937, namun telah dilaksanakan dengan kapasitas yang lebih kecil di area Kerajaan atau Puri Kesiman. Ada beberapa rangkaian yang wajib dilaksanakan sehubungan dengan Ngerebong yakni Ngerebek yang dilaksanakan pada Umanis Galungan, dilanjutkan dengan Pamendakan Agung pada Paing Kuningan, dan terakhir adalah Ngerebong.
Tradisi ini melibatkan semua Mangku Pepatih yang merupakan wilayah Desa Kesiman terdahulu. Dahulu diyakini Puri Kesiman memiliki wilayah yang sangat luas, hingga ke Desa Sanur dan Pemogan.
Jadi, yang tangkil ke Pura Agung Petilan saat pelaksanaan pengerebongan adalah sesuhunan yang merupakan warih Puri Kesiman. Dalam tradisi ini, sejumlah pemedek mengalami kasurupan dengan menusukkan keris ke tubuhnya. Bahkan ada yang menusukkan di bagian matanya.
Usai semua pemangku masuk ke Pura Petilan dilanjutkan dengan pangilen yang terakhir. Barulah semua pratima dan pralingga serta sesuhunan kembali ke payogan masing-masing. (Made Sueca/balipost)