Ilustrasi warga melintas di dekat tambak yang kering akibat musim kemarau. (BP/Dokumen Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali saat ini memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Untuk itu, BMKG Wilayah III Denpasar meminta masyarakat Bali mulai mempersiapkan diri menghadapi musim kemarau.

Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memperkirakan Provinsi Bali mulai memasuki awal musim kemarau pada pertengahan Maret 2024 karena sudah memasuki masa peralihan dari sebelumnya musim hujan.

Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho mengatakan berdasarkan hasil analisis serta dinamika atmosfer, diperkirakan musim kemarau di Pulau Dewata terjadi mulai Maret hingga Juni 2024. Dan puncak kemarau untuk total 20 zona musim di Bali diperkirakan sebagian besar terjadi pada Agustus 2024.

Ada pun wilayah yang memasuki awal musim kemarau pada Maret, yakni Kecamatan Gianyar, Sukawati, Denpasar Timur, Denpasar Barat, Mengwi, Kuta, Kuta Selatan, Banjarangkan, Klungkung, Dawan, Manggis, Buleleng, Kubutambahan, Sidemen, Bebandem, Selat dan Nusa Penida.

Baca juga:  Cegah Penyakit Ginjal, Masyarakat Diajak Minum Cukup Air Mineral

Kemudian pada April, kemarau mulai terjadi di Kecamatan Karangasem, Melaya, Gerokgak, Seririt, Negara, Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, sebagian Sukasada, Tejakula, Kubu, Bangli, Kintamani, Rendang, Susut, sebagian Kecamatan Sukawati, Selemadeg, Kerambitan, Tabanan dan Abiansemal.

Selanjutnya pada Mei, daerah yang diperkirakan memasuki kemarau yakni Kecamatan Busungbiu, Abang, Penebel, Tampaksiring dan Selemadeg Barat. Sedangkan wilayah yang paling terakhir memasuki kemarau pada Juni, yakni Kecamatan Banjar, sebagian Sukasada, Baturiti, Pupuan, Petang dan Payangan.

BMKG Wilayah III Denpasar memperkirakan di 25 persen zona musim di Bali lebih cepat terjadi kemarau, 9 zona musim yang masih tetap sama dibandingkan tahun sebelumnya dan 45 persen zona musim di Bali mundur terjadi musim kemarau. Kemunduran musim kemarau itu mengindikasikan di daerah tersebut masih terjadi intensitas hujan.

Baca juga:  Banyak Petani Hortikultura Buta Informasi

Dijelaskan, penyebab kemarau mundur, normal dan kemarau yang lebih cepat itu berkaitan dengan dinamika atmosfer yakni terkait kondisi El Nino dan La Nina.

Meskipun Bali sudah mulai memasuki awal musim kemarau, namun masih berpotensi terjadi hujan. Apalagi, sebanyak 95 persen zona musim di Pulau Dewata diperkirakan sifat hujannya di atas normal.

Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana, Aminudin Al Roniri, menambahkan bahwa pembaharuan data iklim di Provinsi Bali yang sudah dilakukan sudah menggunakan data iklim terupdate dari tahun 1991-2020. Dari data normal baru tersebut muncul 20 kriteria zona musim yang baru.

Baca juga:  Komisioner dan Staf KPU Denpasar Jalani Rapid Test

Sedangkan dari data normal tahun 1981-2010 hanya terdapat 15 daerah zona musim di Bali. Perbandingan prakiraan Awal Musim Kemarau Tahun 2024 dengan rata-ratanya pada 20 ZOM di Bali, yakni 5 ZOM Maju (25%), 6 ZOM Sama (30%), dan 9 ZOM Mundur (45%).

Sedangkan, prakiraan sifat hujan musim kemarau tahun 2024 secara umum bersifat normal 1 ZOM (5%) dan atas normal 19 ZOM (95%). Atas kondisi ini, masyarakat diharapkan waspada terhadap potensi kekeringan yang dapat terjadi pada puncak musim kemarau, yang diperkirakan terjadi pada bulan Juli-Agustus 2024. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *