JAKARTA, BALIPOST.com – Kontribusi subsektor fesyen di Indonesia mencapai 17,6 persen dari total nilai tambah ekonomi kreatif. Hal itu dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.
“Kontribusi fesyen di Indonesia 17,6 persen dari total nilai tambah ekonomi kreatif kita yaitu sebesar Rp225 triliun rupiah (pada 2022),” ujarnya dalam pembukaan Indonesia Fashion Week yang digelar di Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (27/3).
Lebih lanjut, fesyen juga mendominasi nilai ekspor yakni sebesar 61 persen pada tahun 2021) dari total ekspor produk ekonomi kreatif.
Sementara pada 2022, pihaknya mencatat nilai devisa subsektor fesyen mencapai 16,47 miliar dolar AS. Serta dari sisi penyerapan SDM, subsektor fesyen menyerap tenaga kerja sebesar 17 persen atau sebesar 25 juta lapangan kerja.
Dengan capaian itu, Sandi berharap lebih subsektor fesyen mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja, serta masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk berkecimpung dalam industri fesyen sehingga lapangan kerja lebih banyak terbuka.
Tahun ini, pihaknya menargetkan kontribusi subsektor fesyen pada ekonomi nasional mencapai 18 hingga 25 persen. “Sekitar 1 sampai 2 persen ke angka 18-19 persen. Bersyukur kalau bisa menyentuh angka 25 persen,” ujarnya pula.
Ia mengatakan, tren fesyen wastra nasional yang diproyeksikan ‘naik daun’ yakni fesyen berbasis ramah lingkungan seperti batik ecoprint dengan mengedepankan aspek planet (alam), people (manusia) dan prosperity (kesejahteraan) atau 3P.
Sandiaga berharap, lewat gelaran Indonesia Fashion Week yang digelar pada 27-31 Maret 2024 ini mampu memperkenalkan keindahan wastra Nusantara sehingga menggelorakan keinginan masyarakat menggunakan produk-produk buatan dalam negeri.
Perhelatan bertajuk Langgam Jakarta ini, juga diharapkan mampu mempertahankan posisi Jakarta sebagai ibu kota fesyen Indonesia meski kelak tak lagi menyandang status sebagai ibu kota negara, serta menjadi ajang memperkenalkan keunikan budaya Betawi yang merupakan budaya asli Jakarta lewat kekayaan sektor parekraf. (Kmb/Balipost)