SINGARAJA, BALIPOST.com – Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Buleleng tinggal beberapa bulan lagi. Sejumlah partai politik baru tahap saling lirik.
Di Kabupaten Buleleng, hanya PDI Perjuangan dan Partai Golkar yang memenuhi syarat untuk mengusung paslon Bupati dan Wakil Bupati Buleleng secara mandiri karena sudah mencapai batas minimal 20 persen dari jumlah kursi di DPRD Buleleng.
PDIP menguasai dengan perolehan 18 Kursi, disusul Partai Golkar mendapatkan 11 kursi di DPRD Buleleng. Sedangkan parpol lain harus melakukan koalisi, namun hal itu belum terlihat hingga sejauh ini.
Partai Nasdem yang mendapatkan perolehan 6 kursi pada Pileg 2024 lalu belum menentukan arah politiknya pada Pilkada Bupati 2024.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Nasdem Buleleng, Made Suparjo menjelaskan, Nasdem Buleleng masih melirik bakal calon yang mempunyai elektabilitas yang memadai. Bahkan Nasdem mulai melakukan penjajakan lisan dengan elite PDI Perjuangan dan Golkar untuk Pilkada nanti.
Suparjo menilai, sejumlah nama-nama mulai muncul di permukaan. Sebut saja, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Anggota DPRD Provinsi Bali dari PDIP, Ketut Rochineng, Elit Partai Golkar, Nyoman Sugawa Korry, hingga Akademisi Ketua Sukawati Lanang Perbawa.
Figur-figur itu, menurut Suparjo, kerap melakukan aksi sosial di tengah masyarakat. Hanya saja, Partai Nasdem tidak menyebut nama-nama itu diusulkan menjadi bakal calon atau tidak.
Dia menilai, idealnya Pilkada Bupati Buleleng kali ini diikuti oleh dua paslon.
Sementara itu, Akademisi sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi Politik STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, I Komang Agus Widiantara menilai idealnya Pilkada Bupati Buleleng tahun ini diikuti lebih dari dua pasangan calon.
Pasalnya, Kabupaten Buleleng memiliki modal politik yang sangat besar. Jumlah pemilih terbesar ditambah tokoh-tokoh juga banyak.
Dengan karakteristik masyarakat Buleleng yang terbuka saat ini, kata dia, tidak menginginkan pemimpin yang itu-itu saja. Masyarakat juga harus dilibatkan dalam penjaringan itu.
Masyarakat juga menginginkan tampilnya figur muda yang sudah menjadi tren saat ini. Selain itu, partai-partai politik pemenang Pilpres 2024 juga harus berani berinovasi. Mereka harusnya bisa mencoba figur baru sehingga perhelatan Pilkada Buleleng bisa lebih dinamis dan lebih bervariatif.
Kalau bisa banyak calon lebih bagus, yang paling penting tampilnya figur muda. Agus menambahkan, politik yang dibangun oleh tokoh elit saat ini masih belum optimal. Para elit hanya melakukan pendekatan secara transaksional, bukan pendekatan secara terbuka di tengah masyarakat. Sebab, politik itu bukan hanya sekedar bansos semata. (Nyoman Yudha/balipost)