Oleh John de Santo
Menarik paparan General Manager Brand Investment & Consumer Engagement Marina, Elfia Rahmi pada ajang Marina Beauty Journye 2023. Menurut Elfia, yang juga dari Gen Z, “setiap generasi memiliki karateristik dan kesulitan yang berbeda, Gen Z dirasa perlu memiliki kekuatan dan kualitas dalam menerima perubahan, dengan memiliki pola pikir yang peka serta kepedulian tinggi (thoughtful mindset) dalam menjalani hari,” katanya sebagaimana dikutip Tempo.co. (8/12/2023).
Istilah thoughtful mindset itu secara sederhana dapat kita terjemahkan sebagai pola pikir bijak. Menurut penulis, pernyataan ini mengandung bobot makna dan relevansi yang tinggi. Mengapa?
Menurut Elfia, keuntungan Gen Z, yaitu mereka yang lahir antara 1995 sampai 2010, dan yang kini mendominasi komposisi penduduk Indonesia, terletak pada kemampuan mereka mengenal teknolgi digital sejak lahir. Ini yang membuat mereka lebih melek teknologi, peka, tanggap informasi, serta berani merespons berbagai hal yang terjadi.
Tingginya paparan informasi terhadap Gen Z dari gadget mereka, membuat kelompok ini lebih sensitif dan memiliki kepedulian terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Walau begitu, Elfia mengajak Gen Z supaya lebih selektif dalam
menyerap informasi, dan lebih banyak menyebarkan konten positif.
Menurut penulis, thougthful mindset atau pola pikir bijak mengacu kepada sebuah keadaan yang dicirikan oleh pertimbangan yang hati-hati, empatik, dan kemauan untuk terlibat dalam refleksi mendalam sebelum mengambil tindakan. Hal ini melibatkan pendekatan terhadap berbagai persoalan dengan pikiran yang terbuka, kebiasaan mendengar aktif, dan pertimbangan terhadap berbagai sudut pandang sebelum membentuk
pendapat atau membuat keputusan.
Orang dengan pola pikir bijak, berperilaku simpatik, penuh kasih sayang, dan sanggup memahami emosi dan pengalaman orang lain. Mereka juga cenderung berpikir kritis, menganalisis persoalan dengan sungguh-sungguh untuk memahaminya dari pada hanya bereaksi
secara impulsif.
Mengembangkan pola pikir bijak melibatkan upaya menumbuhkan kesadaran diri, kecerdasan emosional, dan kemampuan untuk berempati terhadap orang lain. Hal itu mewajibkan seseorang untuk mewaspadai pikiran dan tindakan-tindakannya sendiri, karena menyadari dampak terhadap diri mereka dan sekitarnya.
Tataran Praktis
Dalam hemat penulis, pada tataran praktis, pola pikir bijak tersebut dapat kita jabarkan dalam sejumlah kebijakan pribadi berkaitan dengan penggunaan internet dan media sosial, mengingat kedua hal ini sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari Gen Z, dan
berisiko terhadap keamanan serta kesehatan, baik fisik maupun mental.
Dari berbagai sumber penulis menemukan setidaknya 6 kebijakan pribadi, yang dapat menjadi panduan bagi Gen Z dan para pengguna internet lain. Pertama, pengguna internet dan media sosial yang memiliki pola pikir bijak, selalu berhati-hati terhadap informasi pribadi.
Kedua, mereka menggunakan password yang kuat. Ini berlaku untuk semua akun online, dan menggunakan password manager untuk pelacakan. Ketiga, mereka selektif dalam koneksi media sosial serta berhati-hati dengan siapa mereka menjalin hubungan di media
sosial media, dan tidak mudah menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak mereka kenal.
Keempat, mereka mewaspadai scams dan phising, seperti email atau teks palsu, teks, dan pesan yang meminta informasi pribadi atau uang. Mereka mengetahui bahwa perusahaan-perusahaan resmi biasanya tidak meminta informasi sensitif lewat email atau pesan teks.
Kelima, mereka hanya mengunakan website dan aplikasi terkemuka. Ketika menggunakan komunikasi online, mereka menjauhi sumber-sumber yang asing yang tidak bisa diverifikasi.
Keenam, mereka mempraktikkan etiket online. Tetap bersikap hormat dan sopan ketika sedang melakukan interaksi online dan tidak terpancing untuk terlibat dalam cyberbullying atau berbagai bentuk pelecehan lain.
Rehat Online
Selain menerapkan 6 kebijakan pribadi dalam mengakses intenet orang dengan pola pikir bijak merasa penting untuk beristirahat dari kegiatan yang menggunakan teknologi agar terlibat di dalam kegiatan offline dalam rangka mempertahankan keseimbangan yang sehat seperti olahraga, membaca, atau menghabiskan waktu bersama sahabat atau anggota keluarga.
Jika menemukan kesulitan atau timbul kecemasan terhadap kemanan online, mereka tak segan-segan mencari pertolongan dari orang yang dipercaya, seperti orangtua, guru, atau ahli keamanan online. Gen Z menggunakan internet hampir dalam seluruh aspek kehidupan mereka.
Penulis, Pendidik dan Pengasuh Rumah Belajar Bhinneka