DENPASAR, BALIPOST.com – Event besar yang akan diselenggarakan pada 18 hingga 25 Mei 2024 di Bali adalah penyelenggaraan World Water Forum ke-10 bersama World Water Council (WWC).

Momen ini harus dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Bali, Indonesia termasuk dunia untuk dapat melakukan pengelolaan sumber daya air secara bijak agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan umum.

Pakar pertanian yang juga Rektor Universitas Dwijendra Denpasar, Prof. Gede Sedana, Senin (1/4), mengungkapkan sejumlah kearifan lokal Bali dalam tata kelola air patut ditiru masyarakat global.

Baca juga:  Operasi Cipkon Jelang WWF ke-10, Enam Pelanggar Terjaring di Ubud

Di Bali, air sangat dibutuhkan untuk kegiatan ritual atau niskala. Sejak lahirnya peradaban Bali ribuan tahun yang lalu, masyarakat Hindu telah memiliki kearifan lokal yang berkenaan dengan air yang dimaknai sebagai sinar para Dewata.

Sehingga, air sebagai sarana ritual dapat memiliki fungsi penyucian melalui kegiatan ritual seperti penyelenggaraan yadnya, penyembuhan dan pengobatan, sumber kehidupan kesuburan dan keabadian.

Pengelolaan sumber daya air yang berbasis budaya lokal seperti di Bali dapat dijadikan suatu referensi atau acuan dalam pengelolaan sumber daya air yang bersifat global. Kearifan lokal Bali dengan nilai-nilai budayanya dapat disesuaikan berdasarkan pada tradisi dan kemajuan teknologi yang semakin berkembang, untuk melakukan tata kelola air yang terintegrasi guna menjamin penyediaan air yang semakin berkualitas dan berkelanjutan. (Sueca/balipost)

Baca juga:  47 Bacaleg Denpasar Tidak Memenuhi Syarat
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *