DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang perayaan Idulfitri, sejumlah tokoh agama menghadiri pertemuan yang diinisiasi Polda Bali di Denpasar, Senin (1/4). Dalam pertemuan itu disepakati sama-sama waspadai politik adu domba antarumat agama dan tetap mempertahankan konsep menyama braya yaitu gotong royong serta menghormati sesama.
Berdasarkan rilis dari Bidang Humas Polda Bali, Selasa (2/4), kegiatan tersebut dihadiri tokoh agama diantaranya Ketua FKUB Prov. Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, Ketua MUI Provinsi Bali diwakili Sekretaris Umum Agus Samijaya, Ketua PHDI Bali I Nyoman Kenak, Kepala Bidang Bimas Islam Kanwil Agama Provinsi Bali Dr. H. Abu Siri dan Ketua Walubi Provinsi Bali Romo Budiyanto.
Direktur Intelkam Polda Bali Kombes Pol. Mohamad Ridwan diwakili Kasubdit III AKBP Gede Dartiyasa menyampaikan kegiatan silahturami lintas agama diberharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Tujuannya menguatkan silahturahmi dan toleransi antar umat beragama di bulan suci Ramadan.
Dalam sambutan Kombes Ridwan dibacakan AKBP Dartiyasa mengatakan kerukan umat beragama di Bali telah berjalan dengan baik, walaupun ada sedikit-sedikit permasalahan yang perlu diantisipasi. Apalagi pariwisata sangat bergantung dengan keamanan dan kenyamanan, sehingga pihaknya berharap kepada seluruh komponen agar berpartisipasi menjaga keamanan Bali.
“Kami secara terbuka menerima masukan, saran dan komunikasi apabila ada permasalahan yang berkaitan dengan tugas pokok Polri,” ujarnya.
Sedangkan Ketua FKUB Prov. Bali, Ida Panggelingsir Agung Putra Sukahet, intinya menyampaikan paling penting dipahami setiap hari raya agama apapun di Indonesia pihaknya berharap semua umat ikut berbahagia. Apapun permasalahan atau gejolak eksternal yang mengganggu seluruh agama dan keyakinan kepercayaan yang sah merupakan masalah kita bersama.
‘Namun jika terkait permasalahan internal, silahkan diselesaikan di internal agama. Sebagai tokoh agama kita harus menjunjung tinggi kebinekaan dan persatuan. Apabila persatuan antaragama kuat maka tidak akan ada yang berani mendiskreditkan,” ujarnya.
Menurutnya di Indonesia sangat bergantung pada kerukunan umat beragama. Apabila kerukunan terganggu dan konflik antar agama terjadi, akan hancur.
Banyak upaya memecah belah Indonesia dan yang paling sensitif adalah mengadu domba antaragama. Oleh karena itu kita harus waspada. Silahturami antar agama harus terus dilaksanakan untuk terciptanya persatuan Indonesia.
Sambutan Ketua MUI Provinsi Bali diwakili Sekretaris Umum, Agus Samijaya mengungkapkan silahturami antarumat agama merupakan salah satu bentuk menjaga 4 Pilar Kebangsaan. Kebhinekaan bukanlah bahan konflik tapi sebagai pemersatuan bangsa.
Bali sangat heterogen dan adanya alkulturasi kebudayaan yang akan memperindah persaudaraan.
“Mari kita pupuk persaudaraan untuk menjaga Bali. Selalu bersinergi dalam merawat Bali untuk Indonesia,” ujarnya.
Kepala Bidang Bimas Islam Kanwil Agama Provinsi Bali Dr. H. Abu Siri mengatakan, Indonesia sangat besar ada 1.340 suku dan 715 bahasa daerah yang bisa tetap bersatu karena adanya rukun. “Ketika kita tidak bisa rukun maka terjadinya permasalahan konflik dan tentunya Polri sangat kewalahan. Oleh karena itu pentingnya Indonesia tetap bersatu,” ujarnya.
Abu Siri mengungkapkan konsep menyama braya (kerja sama) itu sudah ada ribuan tahun lalu untuk menyatukan erat masyarakat, namun kalau terprovokasi akan terjadi perpecahan. Oleh karenanya harus tetap mempertahankan konsep menyama braya yaitu gotong royong dan menghormati sesama. Ia yakin disetiap agama diajarkan toleransi walaupun dengan penyampaian yang berbeda. (Kerta Negara/balipost)