BANGLI, BALIPOST.com – Viral di media sosial foto kondisi kawasan hutan di wilayah Suter, Kintamani yang kumuh karena banyak sampah. Sampah-sampah tersebut diduga dibuang sembarangan oleh pemedek yang melintas di jalur Kintamani-Karangasem itu.
Camat Kintamani Ketut Erry Soena Putra dikonfirmasi mengaku telah mengetahui foto kondisi tersebut dari media sosial. Kata dia kondisi seperti itu hampir terjadi tiap tahun saat berlangsungnya karya di Batur dan di Besakih.
Ketika jalur itu macet, biasanya volume sampah meningkat. Menurut Erry sampah-sampah tersebut diduga dibuang sembarang oleh warga yang beristirahat di pinggir jalan.
Selama ini jalur itu sering dijadikan tempat untuk beristirahat oleh pemedek yang melintas. “Yang dari Besakih mau ke Batur atau sebaliknya biasanya banyak yang istrahat di sana,” ujarnya.
Terkait kondisi itu, Erry mengaku pihaknya sementara ini hanya bisa menghimbau kepada masyarakat/pemedek yang bersembahyang di Pura Ulun Danu Batur agar bersama-sama menjaga kebersihan baik di pura maupun di sepanjang perjalanan. “Kami belum menghubungi pihak kehutanan karena kami belum sempat melihat langsung kondisi di sana,” katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Bali Sulistyo Widodo mengatakan untuk mencegah warga buang sampah sembarangan di kawasan hutan, pihaknya sebenarnya telah berupaya dengan memasang beberapa papan larangan. Pihaknya pun sempat beberapa kali melakukan bersih-bersih sampah di jalur itu. “Sebenarnya itu bukan tugas kami bersih-bersih sampah. Cuma karena itu ada di kawasan hutan, jadi kami beberapa kali bersih-bersih. Tapi ya masih saja ada orang yang buang sampah di sana. Kita tidak tahu buang sampahnya jam berapa,” jelasnya.
Menurut dia, sampah merupakan masalah bersama. Diperlukan kesadaran seluruh masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan apalagi di kawasan hutan. “Karena hutan bukan tempat sampah,” ujarnya.
Kata Sulistyo pemerintah daerah juga perlu mencari penyebab kenapa masyarakat buang sampah sembarangan. Apakah karena tidak ada tempat sampah yang disediakan. Atau memang sudah ada tempat sampah tapi masyarakat tetap buang sampah di hutan. “Mungkin kalau dikasi tempat buang sampah di tempat tertentu mungkin orang tidak akan buang sampah sembarangan di hutan. Kalau kita cuma larang tapi tidak ada alternatif untuk masyarakat buang sampah ya sama saja bohong,” pungkasnya. (Dayu Swasrina/balipost)