SEMARAPURA, BALIPOST.com – Berbagai upacara besar digelar saat Purnama Kedasa di Bali. Demikian juga pada berbagai desa adat. Seperti di Desa Adat Sema Agung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, saat Purnama Kedasa, umat Hindu di desa ini secara khusus melaksanakan Melasti Kedasa Makekobok Nangluk Desa.
Prosesi malasti dimulai pukul 05.00 WITA, diikuti oleh seluruh krama menuju Pantai Tegal Besar, Desa Negari.
Iring-iringan umat Hindu lengkap membawa kulkul dan semprong dari bambu. Iringan suara gredagan dari kulkul ini mengiringi perjalanan umat saat melasti beserta Pratima atau Sesuhunan. Termasuk Pakuluh atau tempat tirta berupa bambu, Arug dan pralingga berupa Ratu Lingsir.
Jero Mangku Pura Dalem Penyarikan, Ketut Purna menjelaskan prosesi ini sudah menjadi tradisi secara turun temurun. Setiap Purnama Kedasa digelar melasti, menyertakan kulkul dan semprong dari bambu yang terus dibunyikan saat ngiring Pralingga Ida Betara Makekobok ke Segara.
Bendesa Adat Sema Agung, Sang Made Suasta Adnyana, mengatakan tujuan dari pelaksanaan Melasti Kedasa Makekobok Nangluk Desa ini untuk melakukan penyucian terhadap Pakuluh, Pralingga dan Arug yang tedun sebagai pelinggihan Ida Betara. Selain itu, juga untuk memohon kadegdegan jagat.
Setelah selesai Ida Betara Makekobok di Segara, maka selanjutnya iringan Ida Betara akan meajar-ajar nyatur. Seluruh iringan akan berkeliling ke empat arah penjuru desa untuk nyuryanin jagat atau macecingak. Prosesi ini bertujuan untuk memberikan kedegdegan jagat di seluruh penjuru Desa Adat Sema Agung.
Selanjutnya, Ida Betara Kahyangan Tiga Desa Nyejer di Pura Melanting selama tiga hari sebelum dilakukan Penyineban. Seluruh prosesi ini diakhiri di Pura Dalem Penyarikan untuk nunas tirta Pakuluh.
Tirta tersebut hanya akan katunas pada saat Penyineban di Pura Dalem Penyarikan dan dipercaya dapat memberikan kesucian dan keharmonisan dan masyarakat. Ini sebagai tahapan akhir proses Melasti Kedasa Makekobok Nangluk Desa di Desa Adat Sema Agung. (Bagiarta/balipost)