DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa wilayah di Indonesia termasuk wilayah Bali berpotensi terdampak tidak langsung dari Siklon Tropis Olga yang muncul di Samudra Hindia Selatan Kepulauan Nusa Tenggara. Meski siklon ini bergerak menjauh dari Indonesia ke arah barat daya dengan kecepatan 4 knots atau sekitar 8 km/jam, dampaknya masih terasa di sejumlah wilayah.
Prakirawan Cuaca Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Putu Agus Dedy Permana, menjelaskan berdasarkan update pada 8 April 2024 Siklon Tropis Olga terpantau di Samudra Hindia selatan Kep. Nusa Tenggara dengan kecepatan angin maksimum 60 knots (110 km/jam) dan tekanan udara minimum 980 hPa.
Diperkirakan kecepatan angin maksimum Siklon Tropis Olga akan menurun dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah Barat Daya menjauhi Indonesia.
Siklon Tropis OLGA ini menyebabkan hujan sedang hingga lebat di sebagian wilayah Provinsi Bali, Jawa Timur, NTB, dan NTT. “Siklon ini juga menyebabkan tinggi gelombang laut mencapai 1.25 – 2.5 meter (moderate sea) di wilayah perairan Selatan Jawa Timur hingga Pulau Sumbawa, Perairan Selatan Pulau Sumba hingga Pulau Sabu, Samudra Hindia Selatan Jawa Timur hingga Pulau Sabu,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (8/4).
Atas kondisi ini, BMKG mengingatkan masyarakat dan para pelaku perjalanan laut untuk tetap waspada terhadap kondisi cuaca yang dapat berubah-ubah. Sebab, pengaruh dari Siklon Tropis Olga masih berpeluang terjadi hingga 3 hari ke depan dengan kecepatan angin maksimum akan menurun dan bergerak ke arah Barat Daya menjauhi wilayah Indonesia.
Dijelaskan, bahwa siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah dengan angin berputar siklonik yang terbentuk di lautan wilayah tropis dengan kecepatan angin minimal 34,8 knots atau 64,4 km/jam di sekitar pusat pusaran. Pemberian nama Siklon Tropis Olga ini diklasifikasikan berdasarkan urutan abjad dan pertama kali terbentuk di wilayah tanggung jawab Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Australia.
Apabila siklon tropis tersebut terbentuk di wilayah tanggung jawab TCWC Jakarta, biasanya akan memakai nama-nama bunga atau buah. Ini bertujuan agar masyarakat mudah memahami dan mengingat siklon tropis yang ada di suatu wilayah, sehingga memudahkan kesadaran, kesiapsiagaan, pengelolaan dan pengurangan risiko bencana siklon tropis. (Ketut Winata/balipost)