TABANAN, BALIPOST.com – Tradisi pertanian yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Tabanan, terus mempertahankan warisan budaya mereka yang kaya. Salah satu wujudnya adalah upacara nangluk merana, yang tetap dijaga dan dipraktikkan oleh krama subak di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel.
Upacara nangluk merana bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan wujud nyata dari komitmen masyarakat Jatiluwih dalam menjaga keberlangsungan pertanian secara berkelanjutan.
Belum lama ini, krama subak di Desa Jatiluwih menggelar upacara nangluk merana. Ini dikarenakan setelah sebulan, lahan pertanian diserang hama tikus.
Perbekel Desa Jatiluwih, Nengah Kartika mengatakan upacara nangluk merana hanya digelar saat muncul wabah yang tidak bisa diredam.
Masyarakat di Desa Jatiluwih, seperti petani yang mengandalkan kehidupannya dari pertanian meyakini bahwa upacara ini dapat mengatasi berbagai bentuk gangguan hama yang mengganggu tanaman pertanian sehingga nantinya dapat memperoleh hasil panen yang memuaskan.
Sementara itu, Manager Operasional DTW Jatiluwih, Ketut Purna yang akrab disapa John mengatakan, prosesi upacara nangluk merana ini mampu menyedot perhatian wisatawan yang saat itu tengah berkunjung ke Jatiluwih.
Bahkan dari pihak manajemen, termasuk desa dan desa adat, sangat mendukung upacara yang relatif sakral ini untuk menjaga keberlanjutan sektor pertanian di kawasan yang sudah diakui oleh UNESCO tersebut.
Upacara ini sudah menjadi tradisi di wilayah ini. Jika terjadi serangan hama yang lama tidak bisa diatasi, upacara nangluk merana akan digelar.
Untuk diketahui, upacara nangluk merana ini diawali dengan upacara pengerastiti di masing-masing Bedugul seperti di Pura Candikuning dan Pura Luhur Petali. Dalam prosesi tersebut, melibatkan Ida Cokorda Anglurah dari Puri Tabanan. Cokorda akan ditandu diiringi krama subak melintasi areal persawahan dimulai dari Pura Petali menuju Pura Candikuning Jatiluwih
Lanjut nyujur ke temuku aya. Ida Cokorda Anglurah akan membasuh kakinya. Air tersebut akan dibawa pengurus subak ke lokasi mereka masing-masing. (Puspawati/balipost)