DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk memitigasi musim peralihan yang berpotensi menimbulkan kekeringan, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Bali menganjurkan masyarakat melakukan penampungan air.
“Kami ajak untuk melakukan panen air saat akhir musim hujan ini,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, dikutip dari kantor berita Antara, Senin (22/4).
Berdasarkan pengamatan awal musim kemarau hingga 20 April 2024, BBMKG Denpasar mencatat sembilan titik pos hujan sudah memasuki musim kemarau.
Sebanyak tujuh di antara sembilan pos hujan itu tersebar di Kabupaten Buleleng yakni Pos Hujan Pejarakan, Patas, Gerokgak, Celukan Bawang, Tanguwisia, Kubutambahan, dan Bondalem, sedangkan dua titik pos hujan lainnya yang juga sudah memasuki musim kemarau yakni Pos Banjarangkan dan Dawan, keduanya di Kabupaten Klungkung.
“Ada banyak cara menampung air, salah satunya dengan embung,” katanya.
Penampungan air tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu sumber air khususnya untuk kebutuhan masyarakat dan pertanian.
Berdasarkan pemantauan Stasiun Iklim Bali, diperkirakan periode 21-30 April 2024, intensitas curah hujan akan semakin menurun terutama, di daerah pesisir, sedangkan pada 1-10 Mei 2024, diperkirakan sebagian besar wilayah Bali sudah memasuki musim kemarau.
Saat ini, di sebagian wilayah Bali sudah terjadi kekeringan pendek yakni enam hingga 10 hari tidak turun hujan memasuki masa transisi ke musim kemarau, berdasarkan pengamatan pada 1-10 April 2024.
Meski begitu, beberapa wilayah masih terpantau hujan dengan curah hujan di Bali secara umum hingga 274 milimeter per 10 hari yang terjadi di Pos Hujan Tibubeneng, Kabupaten Badung.
Salah satu upaya mitigasi kekeringan itu juga menjadi salah satu fokus bahasan dalam World Water Forum (Forum Air Dunia/WWF) ke-10 pada 18-25 Mei 2024.
Tema forum di Bali itu, yakni air untuk kesejahteraan bersama yang diperkirakan dihadiri sekitar 35 ribu delegasi dari 193 negara pada forum tingkat menteri itu yang diadakan tiga tahun sekali. (Kmb/Balipost)