Petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk mengantisipasi penyebaran DBD di wilayah Kota Denpasar. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Meningkatnya kasus nyamuk deman berdarah dengue (DBD) yang terjadi di sepanjang 2024 ini telah menyebabkan 9 orang penderitanya meninggal dunia. Berdasarkan data DBD Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, hingga 28 April 2024 telah terjadi 4.665 kasus penderita DBD.

Pada April 2024 ini, penderita kasus DBD sebanyak 1.387 kasus (data hingga 28 April 2024). Lima orang diantaranya meninggal dunia.

Sedangkan, pada Maret terjadi sebanyak 1.659 kasus, 3 orang diantaranya meninggal dunia. Pada bulan Februari jumlah kasus DBD sebanyak 910 kasus, 1 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan, pada Bulan Januari terjadi sebanyak 709 kasus dengan nihil korban jiwa.

Dari 9 orang penderita DBD yang meninggal dunia tersebut, 4 orang berasal dari Kota Denpasar, 2 orang dari Kabupaten Tabanan, dan 1 orang masing-masing berasal dari Kabupaten Gianyar, Bangli, dan Klungkung.

Kadiskes Provinsi Bali, dr. I Nyoman Gede Anom, mengungkapkan bahwa meningkatkan kasus DBD di Bali disebabkan karena hujan mulai tinggi di Bali, sehingga nyamuk DBD mulai banyak berkembang biak. Tercatat hingga 18 Maret 2024 sebanyak 2.131 orang telah terjangkit DBD. Satu orang di Gianyar meninggal dunia.

Baca juga:  34 Orang Positif, KSP Bhakti Ngaglik Jadi Klaster Baru COVID-19

Secara rinci, Anom mengungkapkan bahwa kasus DBD selama 4 bulan terakhir (dari Januari hingga 28 April 2024) terbanyak terjadi di Kabupaten Gianyar yang jumlahnya mencapai 1.481 orang. Kasus terbanyak selanjutnya terjadi di Kabupaten Badung yang mencapai 638 orang.

Disusul Kabupaten Buleleng sebanyak 537 orang. Kemudian Kabupaten Tabanan sebanyak 526 orang. Disusul Kota Denpasar sebanyak 446 orang. Disusul Kabupaten Klungkung sebanyak 354 orang, Kabupaten Bangli sebanyak 314 orang, Kabupatan Karangasem sebanyak 253 orang, dan paling sedikit Kabupaten Jembrana yaitu 116 orang.

Dikatakan, kasus DBD yang terjadi pada periode Januari – April 2024 ini tergolong tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Dimana, pada Januari – April 2023, kasus yang terjadi mencapai 3.803 kasus. Rinciannya, pada Januari 2023 terjadi sebanyak 965 kasus, Februari 963 kasus, Maret 1.005 kasus, dan April 870 kasus.

Baca juga:  Kodam Gelar TFG Deteksi Kerawanan GPDRR

Dalam upaya antisipasi lonjakan kasus, Anom mengatakan Dinkes Provinsi Bali telah membuat surat edaran (SE) kepada kabupaten/kota untuk antisipasi langkah-langkah pencegahan DBD. Kabupaten/kota juga sudah siaga untuk DB. Bahkan, Puskesmas juga sudah turun untuk memberikan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) dan investigasi ke lapangan untuk memantau jentik apabila ada kasus DB di wilayahnya.

“Mengingat curah hujan di bulan April sangat tinggi sehingga diharapkan masyarakat secara aktif melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk,red),” ujar Gede Anom, Kamis (2/5).

Selain itu, upaya memperkuat sistem surveilans Dengue (DBD) untuk mendeteksi peningkatan kasus DBD dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) telah dilakukan. Upaya lain juga dilakukan dengan melakukan pemetaan wilayah/desa-desa dengan angka kesakitan DBD yang tinggi dan segera melakukan intervensi upaya-upaya penanggulangan fokus dan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) DBD di wilayah tersebut. Mengaktifkan kembali (revitalisasi) Pokjanal DBD.

Tidak hanya itu, lanjut Anom bahwa upaya pengendalian dengue dengan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M-Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) secara berkesinambungan terus dilakukan. G1R1J tidak hanya dilaksanakan pada rumah tangga tetapi juga menyasar tempat-tempat umum, perkantoran, tempat ibadah dan sekolah/universitas. Di samping meningkatkan/mengaktifkan kembali kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) oleh Puskesmas untuk melakukan monitoring dan evaluasi program pengendalian vector DBD, dan memastikan kembali ketersediaan sarana dan prasarana kegiatan pengendalian dengue termasuk PSN 3M-Plus.

Baca juga:  Gempabumi Guncang Buleleng

Terkait terobosan BMKG yang telah menciptakan DBD berbasis iklim (DBKKlim) untuk menanggulangi dampak DBD secara cepat dan efektif, Dinkes Bali menyambut dengan baik. Menurutnya, terobosan tersebut sebagai salah satu bentuk upaya atau inovasi dalam deteksi dini atau peringatan dini terkait DBD yang erat kaitannya dengan perubahan iklim. “Jadi ini sebagai bentuk peringatan dini kemungkinan bila terjadi perubahan musim atau curah hujan tinggi, sehingga bisa menjadi kewaspadaan dini untuk peningkatan kasus DB,” ujarnya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *