BANGLI, BALIPOST.com – Ngayah sebagai pemangku umumnya mulai dijalani seseorang saat usianya sudah dewasa. Namun tidak demikian dengan I Jro Saba, Pemangku Gede Pura Kawitan Kayuselem Gwasong di Desa Songan, Kintamani.
Pria 44 tahun itu sudah ngayah sebagai pemangku di Pura kawitannya sejak masih duduk di bangku kelas 1 SD. Saat mewinten sebagai pemangku, usia I Jro Saba sekitar 7 tahun. Ia menjadi pemangku sebagai Wed Kayuselem.
Dia menceritakan, saat itu dirinya belum memahami prosesi mewinten yang dijalaninya. Sebab usianya ketika itu masih sangat muda.
Namun seiring berjalannya waktu, ia mulai paham dengan kedudukannya. Itu karena setiap ada upacara di Pura Kawitannya, dirinya selalu diminta untuk hadir. “Hanya saja karena saya waktu itu masih kecil, saya belum muput. Hanya hadir menyaksikan upacara. Setelah mulai dewasa dan sudah belajar mepuja, baru mulai muput,” terangnya.
Semasa muda, pria lulusan Universitas Jember Jurusan Ilmu Hubungan Internasional itu pernah menjalani profesi sebagai wartawan dan guide. Dia juga pernah aktif di politik. “Saat ini saya sudah fokus ngayah. Hampir 80 persen waktu saya sekarang untuk ngayah,” ucap pria yang juga ngayah sebagai Ketua Sabha Desa di Desa Adat Songan itu.
Selama ngayah sebagai pemangku, tentu ada banyak pengalaman yang didapatkannya. Hal itu pada akhirnya menambah keyakinan dirinya terhadap leluhur. “Dari pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan membuat hidup saya lebih dewasa, lebih bijak dan lebih yakin menjalani sisa kehidupan,” kata dia.
I Jro Saba pun berpesan kepada seluruh warga Kayuselem untuk selalu eling terhadap leluhur, agar senantiasa diberikan anugerah dan jalan yang terang dalam menjalani kehidupan. (Dayu Swasrina/balipost)