Biji kakao yang tengah difermentasi salah satu kelompok di Jembrana beberapa waktu lalu. Menjadi Kota Kakao, Jembrana menargetkan belasan ribu kebun kakao. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Kabupaten Jembrana telah ditetapkan sebagai kota kakao dan perlu keseriusan untuk menggarap potensi produksi hasil kebun petani ini. Selain peremajaan tanaman dengan bibit unggul, pengembangan kebun kakao dan pemanfaatan hutan kemasyarakatan juga akan digarap. Target keseluruhan, ratusan ribu hektar lahan akan ditanam bibit kakao unggulan MCC 02 dan Sulawesi 01.

Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana fokus menggarap sektor hulu atau budidaya tanaman kakao. Dengan ditetapkannya Jembrana dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) sebagai Kota Kakao sejumlah program mengarah ke sektor kakao ini.

“Dinas Pertanian dan Pangan ekstra ketat menggarap sektor di hulu yakni budidaya kakao. Saat ini baru ada 6.341 hektar kakao yang sudah dikembangkan sejak 2011 lalu, dan sekarang kita diremajakan dengan menanam bibit yang unggul. MCC 02 dan Sulawesi 01. Untuk penyediaan bibit ini daerah mengalokasikan APBD, serta memohon bantuan ke pusat dan kerjasama investor untuk penyediaan bibit kakao unggul,” ujar Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Made Yasa.

Baca juga:  Pastika Optimis Rebut Kursi DPD

Kakao saat ini menjadi sektor produksi pertanian unggulan di Jembrana dengan harga jual yang tinggi. Per kilogram biji kakao mencapai Rp 140 ribu dan fermentasi Rp 170 ribu. Kakao Jembrana juga salah satu komoditi ekspor sehingga bila serius digarap akan memberikan kesejahteraan bagi petani.

Dari 6.431 hektar kebun kakao yang sudah ada, baru bisa tersentuh peremajaan 3.500 hektar. Ditambah lahan yang perlu dikembangkan (sebelumnya bukan kakao) seluas 4.800 hektar dan ditambah lahan (hutan) kemasyarakatan 5000 hektar. Sehingga sekitar 12 ribu hektar lebih ditargetkan akan ditanam kakao unggul.

Baca juga:  Dijual Murah, Pariwisata Bali Tak Bermartabat

Tahun 2024 ini, dari APBD Kabupaten Jembrana dialokasikan pembelian bibit kakao unggul lengkap pupuk organik sebanyak 33 ribu bibit. Selain itu juga mengusulkan ke pemerintah pusat dan telah disetujui 100 ribu bibit. Tahun 2025, kembali diusulkan ke Kementerian Pertanian tambahan 400 ribu bibit. Dinas juga mendorong agar di Kabupaten Jembrana ada kelompok pembuatan bibit unggul kakao di Pohsanten. “Sehingga nantinya bibit tidak didatangkan dari luar Jembrana, (Jember), kelompok di Negara tepatnya di Pohsanten kita mohonkan agar bisa diberikan izin atau rekomendasi,” katanya, Jumat (24/5).

Baca juga:  Terus Turun, Deformasi Gunung Agung

Distan Jembrana meminta kepada kelompok yang diberikan bibit unggul, juga harus intensif memelihara. “Tidak hanya menanam dan menunggu berbuah. Pemeliharaan penting, juga kita dorong untuk menggunakan pupuk organik,” tambah Yasa. (Surya Dharma/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *