Ilustrasi. (BP/Dokumen Antara)

 

DENPASAR, BALIPOST.com – Tingkat bunuh diri (suicide rate) di Bali pada 2023 menjadi yang tertinggi di seluruh provinsi di Indonesia. Angkanya mencapai 3,07, jauh di atas provinsi lainnya seperti Daerah Istimewa Yogyakarta di angka 1,58, Bengkulu (1,53), Jawa Tengah (1,2),  Sulawesi Utara (0,90), Jawa Timur (0,58) dan Sumatera Barat (0,56).

Menurut data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian Republik Indonesia (Polri), ada 1.288 kasus bunuh diri yang dilaporkan di Indonesia pada 2023. Jumlah laporan itu naik 42,75% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebanyak 902 kasus.

Baca juga:  Kadek Heni Berlaga di "Islamic Solidarity Games"

Tingkat bunuh diri merupakan perbandingan antara jumlah kasus bunuh diri dengan jumlah penduduk. Dari jumlah kasus bunuh diri (bundir), Jawa Tengah mencatatkan angka tertinggi yakni 454 kasus, Jawa Timur dengan 240 kasus dan Bali dengan 135 kasus.

Jadi meskipun dengan 135 kasus bundir, jauh di bawah Jawa Tengah (454 kasus), jumlah penduduk Bali jauh lebih sedikit dibandingkan Jawa Tengah. Sehingga suicide rate Bali sangatlah tinggi.

Baca juga:  Tekan Kasus Bunuh Diri, Puskesmas Perlu Dilengkapi Tenaga Terlatih Kesehatan Jiwa

Dokter Kesehatan Jiwa RS Prima Medika dr. Monika Joy R. SpKJ, dalam sebuah wawancara dengan Bali Post beberapa waktu lalu mengatakan, depresi merupakan faktor utama pendorong bundir. Penyebab lainnya adalah skizofrenia atau gangguan jiwa berat. Sosial media juga disebutkan menjadi pemicu orang yang menderita depresi melakukan bundir.

Akademisi UNHI Denpasar, Dr. I Gusti Ketut Widana, menyebut perubahan sosial masyarakat Bali bisa diduga mejadi pemicu tingginya angka bundir. Kasus kakak adik yang melakukan bunuh diri di Jembatan Tukad Bangkung akhir Mei lalu menjadi indikasi bahwa kepedulian sosial lingkungan terutama keluarga inti dan masyarakat adat sudah jauh berkurang.

Baca juga:  Unjuk Rasa di Dwijendra, Pengurus Yayasan Dilempari Botol

Berbagai kesulitan yang dialami oleh kakak adik pelaku bundir seolah-olah tidak berusaha dicarikan solusi oleh masyarakat terdekat. Padahal Bali dikenal memiliki ikatan sosial yang sangat erat karena keberadaan desa adat. (Nyoman Winata/Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *