Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Sahadewa

Kebudayaan adalah budi yang dijalankan secara luhur. Selanjutnya dapat disebutkan bahwa masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang berbudi pekerti luhur. Itu terjadi karena karya-karyanya. Kekaryaan dengan karya adalah penting dilihat secara kritis. Seterusnya ini dijadikan sebagai jalan untuk meneruskan kekaryaan berdasarkan kebenaran.

Kekaryaan dari seni sebagai bagian dari Budaya tidak kalah pentingnya dari budaya itu sendiri jika memang dimengerti bagaimana seni mampu untuk turut menampilkan kebenaran. Kebenaran dalam berkebudayaan salah satunya dalam seni sebagai contoh sekiranya penting untuk dimajukan sehingga mampu dalam menengarai terjadinya sebuah ataupun beberapa dan berbagai dampak yang dapat dimunculkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemasyarakatan yang berbudaya ditunjukkan dengan keadaan yang mampu menarik perhatian. Inilah sebagai penciri yang paling sederhana adanya. Untuk itu, berkarya dalam budaya berarti bahwa pertama, kenyataan aktivitas yang menyeluruh dan mendasar.

Kedua, menyeluruh dan mendasar berarti kemampuan untuk mencipta dan merasa serta kemauan. Ketiga, membangun fondasi ke arah pengembangan budaya. Keempat, pengembangan budaya dengan keadaan kebudayaan sebagai dasar untuk berbudaya adalah penting menjadi budaya tersendiri sehingga yang kelima yaitu mendukung kekuatan potensi pengembangan budaya.

Baca juga:  Penyelamatan Bumi dalam Mitologi Hindu

Kemampuan berkarya berarti kejamakan untuk menjadikan potensi dalam diri individu tersalurkan secara konstruktif termasuk di dalam konteks komunitas. Kenyataan budaya adalah pertama, budaya sebagai ketrampilan. Kedua, kemampuan berkarya melebihi keterampilan itu sendiri dan menjadikan ketrampilan tidak terhenti.

Ketiga, kemampuan berkarya meliputi banyak hal dan dimensi sehingga menjadikan kemampuan berkarya sebagai sesuatu yang luas dan dalam. Keempat, kemampuan berkarya adalah menjadikan kehidupan lebih hidup lagi dengan jalan menjadikan budaya sebagai bentuk kebijakan yang mampu untuk menuntun hidup ke arah yang semakin berkualitas. Kelima, penuntunan hidup yang semakin berkualitas ditandai dengan kesadaran dalam diri bahwa budaya bukan sesuatu yang menghambat melainkan untuk meningkatkan produktivitas yang wajar adanya.

Kenyataan budaya adalah kenyataan yang dinamis jika dalam budaya tetap selalu ada upaya untuk menjadikan budaya bukan sebagai sesuatu yang statis. Ini berarti antara yang statis dan dinamis dalam berkebudayaan sebagai bagian dari hidup berbudaya patut menjadi budaya sebagai yang pantas tetap terevaluasi secara kritis sehingga budaya menambah kecerdasan bukan sebagai bagian yang menuntun ke arah pembodohan.  Termasuk didalamnya ada budaya politik, budaya ekonomi termasuk tentunya budaya yang berkaitan erat dengan seni dan religi. Belum dengan budaya teknologi seperti yang sudah dicontohkan teknologi subak. Sekarang bagaimana misalnya dalam teknik untuk melakukan pembaruan secara ilmiah terhadap asta kosala-kosali dalam penerapannya sehingga terjadi suatu up date yang tidak menghilangkan substansi.

Baca juga:  Bali Perlu ‘’Treatment’’ Khusus

Kemampuan berkarya dalam budaya menjadi cermin dari Masyarakat yang cerdas untuk mampu dalam meneliti secara terus-menerus atas budayanya secara konstruktif sehingga mampu menetapkan jejak yang jelas demi kemajuan di masa kini dan di masa depan. Setelah dimengerti bahwa kemampuan berkarya dalam budaya ini tidak sederhana maka juga jangan sampai dijadikan sebagai sesuatu yang rumit melainkan tetap konsisten untuk membangun pengembangan secara konsepsional dan implementatif guna menetapkan budaya bangsa ini tetap mampu bersaing dalam kemajuan teknologi dan ilmu. Kekuatan kemampuan berkarya akan terjadi dengan dukungan eksternal yang terus saling mendukung terhadap kemajuan kebudayaan yang ditampilkan dengan bentuk kesadaran budaya atau sadar budaya.

Baca juga:  Literasi Digital sebagai Peredam ‘’Hoax’’

Sadar budaya sudah pasti tidak sepenuhnya sama dengan sadar wisata, sadar hukum, dan sebagainya termasuk sadar ideologi, sadar teknologi, sadar seni, sadar ilmu, sadar ekonomi, sadar agama, sadar politik dan sebagainya tetapi tidak mungkin sebuah budaya tercapai tanpa itu semua jika tidak maka yang terjadi adalah fanatisme. Oleh karena itu, budaya dijadikan sebagai sebuah kemampuan khusus tertentu dan tersendiri untuk menilai apakah bangsa ini misalnya sudah sebagai bangsa yang berbudaya adanya.

Untuk itu kapasitas berkarya dalam budaya ditentukan oleh kemampuan untuk mengambil sudut pandang tanpa membedakan dengan sudut pandang yang lain namun mampu menjalin hubungan yang konstruktif. Tanpa membedakan berarti pertama, menunjukkan bahwa jati diri bangsa adalah jati diri yang melampaui kesukuan pun melampaui keagamaan namun tidak mengabaikan budaya lokal dan kepercayaan lokal. Dengan itu dapat dikatakan kemampuan berkarya dalam budaya adalah menuntun dirinya untuk tidak tercerabut dari lingkungannya sendiri yang sejati.

Penulis, Dosen Fakultas Filsafat UGM

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *