JAKARTA, BALIPOST.com – Di tengah kenaikan penghasilan per jam rata-rata di Amerika Serikat (AS), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan mengalami kemerosotan.
Pada akhir perdagangan Senin, kurs rupiah turun 87 poin atau 0,54 persen menjadi Rp16.283 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.196 per dolar AS.
“Laporan Biro Statistik AS menunjukkan kenaikan penghasilan per jam rata-rata sebesar 4,1 persen year on year. Namun, tingkat pengangguran naik menjadi 4 persen dari angka 3,9 persen sebelumnya,” kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (10/6).
Menurut Taufan, data tersebut mengindikasikan adanya inflasi upah yang dapat memicu inflasi inti dan inflasi umum yang lebih tinggi, sehingga hal tersebut berpotensi menyebabkan bank sentral Amerika Serikat untuk menunda pemangkasan suku bunganya.
Selain itu, kinerja rupiah melemah dipengaruhi oleh penguatan yang terjadi pada dolar AS pasca rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang rilis pada pekan lalu menunjukkan ekonomi AS memanas dengan bertambahnya 272 ribu pekerjaan pada Mei 2024, jauh melampaui ekspektasi.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke level Rp16.290 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.218 per dolar AS. (Kmb/Balipost)