Tanaman kopi di Kintamani. (BP/Ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Puncak musim panen kopi di Kintamani biasanya berlangsung mulai bulan Juni. Namun tidak demikian dengan musim panen kopi tahun ini. Karena pengaruh cuaca, puncak musim panen kopi mundur.

Menurut beberapa petani kopi di Kintamani, pengaruh cuaca akhir-akhir ini menyebabkan biji kopi di pohon jadi agak lambat merah. Biji kopi biasanya akan cepat merah kalau mendapat cukup hujan. “Sekarang hujannya jarang,” ungkap I Wayan Armada, petani kopi di Kintamani, Selasa (11/6).

Baca juga:  Produksi dan Stok Aman, Distan Pangan Bali Waspadai Kelancaran Distribusi

Dia mengatakan, puncak musim panen kopi di Kintamani biasanya berlangsung mulai Juni sampai awal Agustus. Akibat pengaruh cuaca, kemungkinan musim panen kopi di Kintamani tahun ini akan mencapai puncaknya mulai Juli depan.

Hal yang sama juga disampaikan petani kopi lainnya, I Wayan Warta. Menurutnya selain karena pengaruh cuaca, biji kopi di pohon lambat merah kemungkinan karena buah yang dihasilkan lebih lebat dibanding sebelumnya. “Harusnya bulan enam ini sudah masuk puncak musim panen. Tapi karena pengaruh cuaca jadi agak mundur,” ujar petani di Banjar Sanda, Desa Satra, Kintamani itu.

Baca juga:  Cuaca Tak Menentu, Warga Karangasem Diimbau Lakukan Mitigasi Mandiri

Saat ini harga kopi gelondong merah di tingkat petani berkisar Rp 15-16 ribu per kilogram. Diperkirakan pada puncak musim panen nanti harga kopi naik mencapai Rp 17 ribu per kilogram. “Kalau cuaca bagus mungkin bisa sampai Rp 17 ribu. Kalau cuaca tidak bagus kemungkinan turun,” tandasnya. (Dayu Swasrina/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *