MANGUPURA, BALIPOST.com – Libur sekolah menjadi momen yang mampu meningkatkan kunjungan ke arena permainan. Bahkan, tingkat kunjungannya bisa naik signifikan, hingga 50 persen, seperti disampaikan Deputy General Manager Operations TEEG Indonesia, Paulus Gurning, Jumat (14/6) di Kuta.
Menurutnya saat memasuki bulan Juni dan Juli, khususnya di Bali, kunjungan ke arena permainan cukup tinggi. Tak hanya warga lokal dan wisatawan domestik, wisatawan mancanegara juga banyak yang berkunjung mengingat pertengahan tahun merupakan salah satu periode peak season bagi Bali.
Ia mengutarakan tiga periode liburan, yaitu libur sekolah, Lebaran, dan Nataru (Natal dan Tahun Baru) mampu mendongkrak peningkatan kunjungan ke arena permainan hingga 50 persen. Hal inilah yang membuat pihaknya sebagai pengelola Timezone kembali membuka arena permainan di salah satu pusat perbelanjaan yang berlokasi di Kuta, Badung.
Ia mengakui meningkatnya kunjungan di saat liburan ini tak terlepas dari keinginan masyarakat memperoleh hiburan. Di arena permainan, tersedia beragam wahana yang tak hanya menghibur namun juga bisa mendekatkan diri antarpemain. “Seperti tujuan dari keberadaannya yaitu menciptakan kebahagiaan dan bonding dengan keluarga serta teman, maka permainan yang dibuat pun berkonsep menyenangkan. Meski ada ratusan games, namun permainan yang menjadi favorit adalah basket,” ungkapnya.
Ditambahkan, permainan bowling juga diminati. Konsep social bowling yang disediakan dengan menggunakan lane yang lebih pendek dan kesempatan 10 kali lemparan, menurutnya, membuat pemain lebih menikmati dan terhibur.
Terkait kunjungan wisman, diakui dari 4 arena permainan yang beroperasi di Bali, jumlahnya cukup banyak. Kisarannya hampir 30 persen dari total kunjungan.
“Kalau kita lihat akhir pekan, banyak WNA yang sudah menetap di Bali yang anak-anaknya bermain. Turis asing yang sedang liburan juga sangat banyak ya,” ucapnya.
Ia mengungkapkan turis yang berlibur ke Bali, tertarik berkunjung karena di negara asalnya, Timezone juga cukup dikenal. “Wisatawan Australia misalnya, mereka tidak akan menemukan perbedaan dengan yang ada di Australia,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)