Ketua DPD PDI Perjuangan Bali, Wayan Koster, bersama dengan Ketua DPC PDI Perjuangan Karangasem, I Gede Dana dan pengurus partai yang lainnya saat tos arak Bali dalam lomba Lomba Mixology Arak Bali serangkaian Bulan Bung Karno yang berlangsung di Objek Wisata Taman Soekesada Ujung, Karangasem, Minggu (23/6). (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – DPD PDI Perjuangan kembali menggelar Lomba Mixology Arak Bali serangkaian Bulan Bung Karno yang berlangsung di Taman Soekesada Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, pada Minggu (23/6). Pembuatan arak berbahan gula dan ragi masih menjadi tantangan mengangkat harkat arak Bali.

Ketua DPD PDI Perjuangan Bali, I Wayan Koster mengungkapkan, kalau lomba Mixology Arak Bali serangkaian Bulan Bung Karno ini rutin dilaksanakan sejak 2019 lalu. Kata dia, selain lomba ini, juga ada beberapa kegiatan yang sudah dilakukan. Mulai dari kegiatan, sosial, budaya, dan ekonomi kerakyatan.

Baca juga:  Puluhan Naker Migran Karangasem Dikarantina di Villa Wilayah Desa Tumbu

Koster mengatakan, kalau saat ini masyarakat cukup banyak mengembangkan arak ini. Pasalnya, sebelum adanya Pergub Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan atau Distilasi Khas Bali ini, mereka tidak mengembangkan usahanya karena dilarang.

“Bahkan petani membuat arak di kandang sapi, akibat karena terus dikejar-kejar oleh petugas. Tapi, saat ini, khususnya di Karangasem sudah banyak masyarakat yang membuat arak ini. Sehingga Pergub ini mampu menghidupkan ekonomi masyarakat,” katanya.

Baca juga:  Oknum Anggota DPRD Bali Diduga Terlibat Kasus Penipuan, Ini Kata Fraksi yang Menaungi 

Ketua DPC PDI Perjuangan Karangasem yang juga sebagai Bupati Karangasem, I Gede Dana mengatakan, kalau hingga saat ini memang banyak masyarakat yang membuat arak. Hanya saja, banyak warga yang membuat arak fermetasi berbahan gula dan ragi.

“Bahkan, karena banyak yang membuat arak berbahan baku gula dan ragi ini, kita sempat turun dengan BPOM untuk melakukan pengecekan. Dari BPOM, memang bilang tidak terlalu membahayakan, tapi saya yakin itu akan membahayakan,” katanya saat Lomba Mixology Arak Bali serangkaian Bulan Bung Karno yang berlangsung di Objek Wisata Taman Soekesada Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, pada Minggu (23/6).

Baca juga:  Soal Penutupan Ashram Krishna Balaram di Kesiman, MDA dan PHDI Akhirnya Bersikap

Gede Dana mengatakan, kalau arak yang murni berbahan baku tuak dari ental, kepala, dan enau kualitasnya sangat bagus. Dan kalau arak murni dari tuak, maka kandungan metanolnya tidak banyak, kandungan gulanya juga tidak tinggi. “Tapi, kalau dilihat dari bahan baku tuak ketiganya, tuak kelapa mentanolnya paling tinggi dari bahan yang lainnya,” imbuhnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *