JAKARTA, BALIPOST.com – Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan alasan banyak negara yang berebut ingin menyelenggarakan acara-acara tingkat dunia. Hal ini dikarenakan membawa keuntungan yang sangat besar bagi negaranya.
Presiden menekankan pentingnya kemudahan mengurus perizinan dalam penyelenggaraan acara-acara internasional maupun nasional di Tanah Air.
“Sekarang ini banyak orang rebutan mengadakan event-event dunia,” kata Presiden dalam arahannya pada acara Peresmian Peluncuran Digitalisasi Layanan Perizinan Penyelenggaraan Event di Jakarta, Senin (24/6).
Dilansir dari Kantor Berita Antara, Jokowi mencontohkan penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar, dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut dari tahun sebelumnya hanya 1,5 persen melompat menjadi 4,3 persen pada saat penyelenggaraan.
“Qatar berani mengeluarkan uang untuk event itu 220 billion US dollar, itu kalau dirupiahkan Rp3.600 triliun, di atas APBN kita setahun,” kata Presiden.
Menurut Presiden, Qatar berani mengeluarkan uang sebanyak itu karena keuntungan yang diperoleh negara dari penyelenggaraan acara piala dunia akan jauh lebih besar.
“Kenapa dia berani mengeluarkan itu, uang sebanyak itu? Ya karena pasti return-nya lebih besar dari ini, keuntungannya pasti lebih besar dari ini. Saat pembukaan jumlah yang menonton 60.000 orang yang datang ke sana. Akan tetapi, yang menonton lewat TV lebih dari tiga juta orang, itu sudah keuntungan promosi sebuah negara,” kata Presiden.
Indonesia sendiri, kata Jokowi, telah sukses menyelenggarakan beberapa acara pertemuan internasional seperti pertemuan World Water Forum yang dihadiri lebih dari 50.000 peserta, serta pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF yang dihadiri lebih dari 30.000 delegasi.
Indonesia juga sukses menyelenggarakan pertemuan penting G20 yang dihadiri sedikitnya 21.000 delegasi.
Acara pertemuan internasional itu selain meningkatkan posisi Indonesia di mata dunia, kata Presiden, juga memberikan keuntungan secara ekonomi.
“Setiap peserta itu spending-nya, belanjanya kurang lebih Rp30 juta per orang, tinggal dikalikan saja totalnya menjadi berapa ratus miliar rupiah atau berapa triliun rupiah,” ujarnya. (kmb/balipost)