TABANAN, BALIPOST.com – Aktivitas pertanian yang selama ini menjadi rutinitas petani di Jatiluwih ditonjolkan selama berlangsungnya Festival Jatiluwih 2024. Kegiatan yang dibuka Sabtu (6/7) akan berlangsung hingga Minggu (7/7).
Dalam pembukaan, Tarian Burung Paksi (Jatayu) sebagai ikon Desa Jatiluwih juga mewarnai festival kali ini.
Manager operasional DTW Jatiluwih, Ketut Purna atau akrab disapa John mengatakan, hampir 95 persen kegiatan festival melibatkan penduduk lokal.
Tujuannya tak lain, agar masyarakat ikut bersama membangun Jatiluwih. Adapun tema yang diangkat yakni “Swasthi Bhuwana” yang artinya kebahagiaan dunia dengan merayakan keindahan dan kelestarian alam serta kearifan pertanian lokal.
Selain beragam jenis perlombaan, tarian tradisional khas Jatiluwih yakni Tari Tebuk Lesung juga turut ditampilkan. Tebuk Lesung bukan hanya sekadar tradisi menumbuk padi, tetapi juga mengandung filosofi yang kaya tentang kerja sama, rasa syukur, kesabaran, keharmonisan dengan alam, dan pelestarian budaya.
Tradisi ini menjadi pengingat bagi masyarakat Bali untuk selalu bersyukur atas apa yang mereka miliki
dan menjaga nilai-nilai budaya leluhur mereka. Selain itu, pengunjung juga akan disuguhkan dengan kegiatan pertanian yakni membajak sawah.
“Kebetulan saat ini, subak di Jatiluwih sedang tahapan mengolah lahan pertanian sebelum ditanami padi, mulai dari membajak atau matekap juga menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan asing yang berkunjung,” ucapnya.
Tak hanya itu, Tarian icon Jatiluwih yakni Tari Burung Paksi/Jatayu juga ikut ditampilkan saat festival. Untuk diketahui, Desa Jatiluwih menurut cerita para tetua terdahulu konon ceritanya nama Jatiluwih berasal dari kata jaton dan luwih.
Jaton artinya jimat dan luwih artinya bagus. Bertitik tolak dari arti kata tersebut maka Desa Jatiluwih diartikan sebuah desa yang mempunyai jimat yang benar-benar bagus atau berwasiat.
Meskipun digelar sederhana, Purna menyebut, berbagai acara menarik telah disiapkan untuk meramaikan festival, termasuk lomba-lomba yang bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap seni dan budaya di kalangan generasi muda serta melestarikan budaya pertanian. Pelaku UMKM dari delapan banjar di Desa Jatiluwih memamerkan produk-produk unggulan mereka, seperti beras merah, kerupuk beras merah, jajanan tradisional dan berbagai produk khas Desa Jatiluwih.
“DTW Jatiluwih bukan sekadar destinasi pariwisata, tetapi juga wadah untuk mempertahankan dan menghargai nilai-nilai tradisional,” ucap Purna. (Puspawati/balipost)