NEGARA, BALIPOST.com – Salah satu SD Negeri di Kabupaten Jembrana, SD N 1 Blimbingsari, Kecamatan Melaya, menjadi perhatian setiap Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). SD Negeri satu-satunya di Desa Blimbingsari tersebut mengalami kondisi minim siswa sejak beberapa tahun belakangan ini. Pemicunya minimnya penduduk di wilayah Desa yang terbagi dua Banjar tersebut.
Meski demikian, SD Negeri yang berdiri sejak tahun 1970-an itu tetap bertahan. Aktivitas belajar mengajar tetap dilakukan dengan guru dan tenaga pendidik yang mencukupi. Lokasinya yang beririsan berbatasan dengan wilayah desa Melaya, sebagian besar siswa dari Banjar Ambyarsari dan Banjar Pangkung Tanah, desa Melaya. Warga dan tokoh masyarakat di desa Blimbingsari, berupa mempertahankan SD Negeri tersebut meskipun dengan kondisi minim siswa.
“Sebenarnya ada beberapa warga sekitar termasuk dari Melaya perbatasan, ingin memasukkan anak atau cucunya di SD ini karena lokasinya lebih dekat. Tapi isu akan ditutup karena minim siswa, warga jadi berfikir (mendaftarkan),” ujar Ketua Komite SD N 1 Blimbingsari, I Nyoman Magnakarta, ditemui Selasa (9/7).
Para tokoh masyarakat Desa Blimbingsari masih menginginkan agar SD N 1 Blimbingsari tetap berdiri melihat histori sekolah tersebut. Meskipun di desa Blimbingsari juga ada SD swasta, tetapi membubarkan atau menutup SD Negeri bukan harapan warga.
Magnakarta mengatakan, dilihat dari jumlah penduduk dan angkatan produktif di Desa Blimbingsari memang kecil. Sehingga berdampak pada jumlah siswa. Tetapi, beberapa juga siswa berasal dari desa tetangga yang lokasinya masih di dekat sekolah.
Perbekel Blimbingsari, I Made John Ronny mengatakan dengan luasnya wilayah dan minimnya KK di desa, sangat berdampak pada jumlah siswa. Sehingga beberapa siswa justru dari desa terdekat (Melaya). Di desa Blimbingsari hanya terdapat sekitar 200 an KK dan 1008 jiwa. Sebagian besar penduduk produktif bekerja di luar desa. Meskipun ada satu SD swasta, tetapi juga jumlah murid tidak terlalu banyak, karena memang jumlah penduduk di desa yang kecil. SD swasta itu juga dipertahankan karena melihat histori SD swasta (yayasan) yang sudah dibangun sejak tahun 1947.
“Kami juga pernah sampaikan jumlah keluarga, balita ke Dinas. memang jumlahnya kecil dan sebagian besar (warga) bekerja di luar desa,” tambahnya. Namun, warga Blimbingsari terutama tokoh masyarakat masih sangat berharap SD tersebut tetap beroperasi.
“Memang sempat ada satu kelas kosong (tak ada murid) beberapa tahun lalu, namun kami berupaya rembuk dengan warga ada masukan atau usulan seperti pembangunan penunggu, itu dipenuhi dan memang tahun berikutnya ada yang mendaftar,” tambah Kepala Kewilayahan Dusun/Banjar Ambyarsari, I Ketut Triagus Adi Wijaya.
Meski dengan keterbatasan murid, jumlah guru masih sangat memadai, dan kegiatan belajar mengajar dilakukan sesuai kurikulum mengikuti SD Negeri lainnya. Kondisi sekolah juga masih memadai dengan sekitar 8 ruang belajar termasuk halaman untuk lapangan olahraga. Di tahun ajaran baru ini, diharapkan ada siswa yang mendaftar. Meskipun sedikit, warga berharap SD Negeri ini tetap dipertahankan. Lebih sulit membangun daripada membubarkan atau regrouping.
“Kami masih menunggu perkembangan (PPDB). SD N 1 Blimbingsari masih tetap berdiri, belum untuk diregrouping. Kami terus berkoordinasi dengan desa,” ujar Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Jembrana, I Gusti Putu Anom Saputra. Tahun lalu, menurutnya memang ada SD Negeri yang diregrouping, SD N 3 Pekutatan karena minimnya siswa. Sedangkan untuk SD N 1 Blimbingsari yang merupakan satu-satunya SD Negeri di desa Blimbingsari masih dipertimbangkan. (Surya Dharma/Balipost)