DENPASAR, BALIPOST.com – Semangat dalam memainkan gamelan gong kebyar ditampilkan sekaa gong kebyar legendaris Sekaa Gong Eka Dharma Duta, Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Duta Kabupaten Tabanan dan Istakari Kokar Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Duta Kabupaten Gianyar pada PKB XLVI Tahun 2024, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Minggu (7/7) malam.
Meski tergolong tua, namun teknik yang dikuasi dalam memainkan bilah-bilah gamelan itu pun masih tampak jelas dan tegas. Bahkan, mereka tampil lebih mengutamakan rasa dan penjiwaan dalam memainkan nada-nada gamelan itu. Bukan emosi, apalagi ambisi.
Sekaa Gong Eka Dharma Duta menampilkan beberapa penabuh yang sempat jaya di tahun 80-an dan 90-an. Bahkan, I Gede Arya Sugiartha, yang kini Kepala Dinas Kebudyaan Provinsa Bali terlibat dalam memainkan ugal (pemimpin gamelan).
Arya yang juga seorang penabuh yang sempat membuat sekaa gong ini berjaya di zamannya. Uniknya, para penabuh itu rata-rata orang tuanya sebagai penabuh sebelumnya.
Saat berhadapan dengan Paguyuban Istakari Kokar, Sekaa Gong Eka Dharma Duta menyajikan empat materi, yaitu Tabuh Galang Kangin komposisi tabuh lelambatan yang menggambarkan situasi menjelang pagi. Saat itu, Tabuh Galang Kangin dibina oleh I Nyoman Resa Angga Nurbawa.
Kemudian menampilkan Tari Oleg Tamulilingan yang melukiskan gerak-gerik seekor kumbang yang sedang bermain-main dan bermesra-mesraan dengan sekuntum bunga disebuah taman. Merupakan ciptaan I Ketut Mario dari Tabanan tahun 1952.
Kembali menampilkan Tabuh Kreasi “Wahyu Giri Suara” yang diciptakan pada 1987 oleh I Nyoman Windha yang dibawakan pertama kali pada ajang Festival Gong Kebyar duta Kabupaten Tabanan. Wahyu Giri Suara terinspirasi dari gunung dan tata letak geografis Desa Pujungan berada di pegunungan serta mempunyai arti suara-suara dan anugerah dari pegunungan. I Wayan Yopyantara didapuk sebagai pembina tabuh.
Sajiannya kemudian dipungkasi dengan Tari Ngalap Kopi. Tari ini awalnya dikonsep oleh I Ketut Mardana pada 1965, akan tetapi pada saat itu belum sempat dituangkan dalam bentuk karya tari.
Lalu, pada 1990 dilakukan rekonstruksi, namun belum berkembang, dan pada 2017 kembali dilakukan rekonstruksi bersamaan dengan ditunjuknya Sekaa Gong Eka Dharma Duta sebagai Duta Gong Kebyar Dewasa Kabupaten Tabanan dalam PKB ke-39.
Koordinator, I Made Arnata mengatakan, Sekaa Gong Pujungan memiliki perjalanan sejarah yang berpengaruh terhadap perkembangan seni khususnya di daerah Tabanan bagian barat. Sebelum Indonesia Merdeka, Sekaa Gong Pujungan mempunyai seniman tabuh bernama Pekak Krocok yang sempat mengajar gamelan gong kebyar di puri Tabanan. Pada tahun 1950an penguruk (pelatih) Sekaa Gong Pujungan adalah seniman karawitan Bali asal Kedis yaitu Ketut Merdana biasa dipanggil Nang Ayon .
Pada tahun 1970an Sekaa Gong Pujungan sempat dilatih oleh seniman asal Batubulan yaitu Bapa Jebeg. Selain itu, banyak seniman besar Bali yang sempat menuangkan kreativitasnya dengan Sekaa Gong Pujungan. Diantaranya, I Nyoman Winda, I Made Arnawa, Gusti Ngurah Padang, Ketut Gede Asnawa, Ketut Suartajaya, I Wayan Widia dan lainnya.
Sekaa Gong Pujungan kemudian berganti nama menjadi Sekaa Gong Eka Dharma Duta pada tahun 1987, karena ditunjuk mewakili Tabanan pada ajang Festival Gong Kebyar. Saat itu, penabuh Sekaa Gong Eka Dharma Duta merupakan generasi ke-empat dari awal terbentuknya Sekaa Gong di Pujungan. Sekaa Gong Eka Dharma Duta juga pernah mengikuti Festival Gong Kebyar pada 1991 dan Parade Gong Kebyar Dewasa pada 2017.
Sementara Paguyuban Istakari Kokar Bali mengawali penampilannya dengan Lelambatan Kreasi Tabuh Gari. Tabuh Gari salah satu reportoar pegambuhan yang bersifat instrumental. Pada 1984, I Wayan Beratha mengadopsi lalu mengubahnya menjadi komposisi lelambatan Tabuh Pat Kreasi yang lanzim disebut tabuh lelambatan mapayas.
Lalu, dilanjutkan dengan Tari pengaksama yang diciptakan Ngurah Oka Supartha dan I Wayan beratha sebagai penggarap Tabuh. Lalu tabuh “Kokar Jaya” dan diakhiri dengan penampilan Tari Kidang Kencana, pesona satwa kijang merupakan ciptaan I Gusti Agung Ngurah Supartha yang dipermanis dengan iringan gamelan gong kebyar yang ditata artistik oleh I Wayan Beratha dan sentuhan gegerongan oleh IGB Arsaja.
Pimpinan Gong Kebyar Legendaris Paguyuban Istakari, I Ketut Suanda atau yang akrab disapa Cedil itu mengatakan, Kokar ibarat sukuntum sekar yang pernah mekar di tengah masyarakat Bali. Semilir semerbak wanginya, hingga kini masih melekat kuat di kalangan pecinta seni. Persembahan seni tari dan seni tabuh khususnya, yang ditorehkan lembaga formal pendidikan seni tingkat menengah atas ini, meninggalkan jejak pesona.
Kiprah alumni Konservatori Karawitan (Kokar) Indonesia yang menguak pada tahun 1960 tersebut, telah bersumbangsih penting pada jagat seni pertunjukan, tidak hanya di penjuru Pulau Dewata, namun juga menjamah tataran Nusantara, bahkan menyembul dan mengerek nama Indonesia di mancanegara. Kendati pun kini berubah menjadi SMK Negeri 3 Sukawati, kebanggaan lulusannya tak kehilangan buncah.
Digedor rasa rindu yang tak terbendung, mereka berikhtiar merajut kebersamaan, mengibarkan Paguyuban Istakari (Ikatan Siswa Tamatan Kokar Bali). Mata acara Gong Kebyar Legendaris PKB 2024, dijadikan tonggak untuk mengingatkan kelegendaan yang telah terengkuh itu.
Kali ini, greget berkesenian dari alumni angkatan 1982-1985, dengan tulus rendah hati berkehendak bernostalgia bersama penonton, semoga berkenan di hati. Sumeringah api seni itu, diantaranya, akan dikenang dan dilecut dengan tabuh “Kokar Jaya” karya guru Kokar, I Wayan Beratha. Tabuh itu disajikan setelah persembahan Tabuh Gari dan Tari Pengaksama. (Ketut Winata/balipost)