Inggris berhasil menyingkirkan Swiss lewat drama adu penalti dengan skor 5-3 (1-1) pada babak perempat final di Stadion Dusseldorf Arena, Dusseldorf, Minggu (7/7) dini hari WIB. (BP/Dokumen Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Inggris masih menghadapi masalah di barisan depan meski bisa lolos ke Semifinal Piala Eropa. Tim berjuluk Three Lions ini akan menghadapi Belanda yang telah berubah lebih bagus sejak memasuki fase knockout di Signal Iduna Park, Dortmund, pada Kamis (11/7), pukul 02.00 WIB.

Lolosnya Inggris ke Semifinal ini merupakan ketiga kalinya Gareth Southgate mengantarkan Inggris ke babak empat besar turnamen utama sepak bola. Sebelumnya, ia sukses mengantarkan Three Lions ke semifinal Piala Dunia 2018 dan Euro 2020.

Dilansir dari Kantor Berita Antara, Southgate berusaha mengulangi pencapaian tiga tahun lalu ketika Three Lions mencapai final Euro 2020 yang gagal mereka menangkan setelah kalah adu penalti melawan Italia.

Tak ada pelatih Inggris yang mencapai titik yang dicapai Southgate, yang hanya sekali gagal mengantarkan Three Lions ke babak empat besar saat Piala Dunia 2022.

Baca juga:  Coki Persiapan Pra Olimpiade Paris

Sebaliknya, Ronald Koeman berusaha menjadi pelatih Belanda kedua yang mengantarkan Oranye ke final Piala Eropa setelah Rinus Michels pada 1988.

Dia juga berusaha menjadi pelatih Belanda keempat setelah Michels, Bert van Marwijk dan Ernst Happel yang mencapai babak final turnamen utama sepak bola.

Belanda dan Inggris merupakan tim yang unik. Jika Inggris pernah menjuarai Piala Dunia tapi tak pernah menjuarai Piala Eropa, maka Belanda adalah tim juara Eropa yang tak pernah menjuarai Piala Dunia.

Southgate dan Koeman menjadi dua orang yang sangat menentukan kedua tim dalam mencatat sejarahnya masing-masing.

Mereka juga berusaha mengukuhkan mana dari dua kutub sepak bola ini yang lebih hebat, apakah gaya sepak bola Inggris atau pola bermain Belanda.

Baca juga:  Ratu Elizabeth II akan Berpidato Soal Penanganan COVID-19 di Inggris

Gaya bermain sepak bola Inggris tidak mengenal basa basi karena langsung mengumpan atau menyerang.

Inggris juga menekankan kekuatan fisik, selain juga struktur pertahanan yang kuat, umpan-umpan langsung, dan kepiawaian memperlakukan bola mati.

Sebaliknya, trademark sepak bola Belanda adalah permainan menyerang yang mengalir bebas dalam filosofi “total football”.

Filosofi bermain ini mendorong pergerakan bola dan pemain yang luwes dan lancar, disertai pertukaran posisi yang fleksibel, dan permainan menyerang yang kreatif.

Jika lima pertandingan terakhir Euro 2024, khususnya dua laga fase gugur, menjadi ukuran untuk melihat efektivitas gaya bermain kedua tim, maka penampilan Belanda sedikit lebih meyakinkan dibandingkan dengan Inggris.

Sepak bola menyerang ala Belanda telah menghasilkan 7 gol dari total 63 peluang yang 16 di antaranya tepat sasaran.

Sedangkan sepak bola menekankan fisik dan pertahanan solid yang dirangkul Inggris, telah memproduksi 5 gol dari 57 peluang yang 15 di antaranya tepat sasaran.

Baca juga:  Diharap, Tak Ada Lagi Balapan Liar di Bangli

Inggris dua kali nyaris terlempar dari kompetisi, ketika gol Jude Bellingham dan Harry Kane pada menit tambahan babak kedua menyelamatkan Three Lions dari hadangan Slovakia pada 16 besar.

Tim Gareth Southgate juga nyaris dibuat tak berdaya oleh Swiss pada perempat final, sebelum mengatasi kutukan adu penalti untuk mencapai semifinal Piala Eropa 2024.

Sebaliknya, setelah tampil tak meyakinkan dalam fase grup, terutama akibat menyerah 2-3 kepada Austria, Oranye berubah bagus pada babak knockout dengan menyarangkan lima gol dan hanya kebobolan sekali untuk menendang Rumania dan Turki dari Euro 2024.

Dalam periode sama, Inggris hanya bisa menciptakan tiga gol dan kebobolan dua kali. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *