Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi Q2-2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (5/8/2024). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Risiko yang akan dihadapi Indonesia apabila Amerika Serikat (AS) mengalami resesi ekonomi mesti diwaspadai. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Ia menilai resesi ekonomi di AS dapat memicu keluarnya aliran modal dari pasar domestik Indonesia ke AS alias capital flight. Hal tersebut juga menimbang tingkat suku bunga domestik yang masih lebih tinggi dari laju inflasi, saat ini Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga di level 6,25 persen.

Baca juga:  Investasi Australia di RI Capai 545,2 M Dolar AS Pada 2023

“Kemudian yang terkait dengan AS, tentu kita terus monitor. Karena tentu kalau kita lihat tingkat suku bunga kita dibandingkan inflasi gap-nya agak tinggi,” kata Airlangga saat konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi Q2-2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Senin (5/8).

Airlangga berharap Bank Sentral AS atau The Fed akan menurunkan suku bunga acuan pada kuartal IV tahun ini. “Tentu kita berharap bahwa tingkat suku bunga AS di kuartal IV bisa turun walaupun belum ada yang menjamin,” ujarnya.

Baca juga:  Penutupan Tiga Pasar Hewan Diperpanjang

Adapun The Fed pada Rabu (31/7) mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 22 tahun, yaitu 5,25 persen hingga 5,5 persen, seiring inflasi semakin mereda, menunjukkan bahwa penurunan suku bunga kemungkinan akan terjadi paling cepat pada September.

“Inflasi telah mereda selama setahun terakhir tetapi masih terbilang tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, ada beberapa kemajuan lanjutan menuju target inflasi 2 persen yang dicanangkan Komite,” sebut Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), badan pembuat kebijakan The Fed, dalam pernyataannya.

Baca juga:  Masyarakat Diminta Waspadai Cuaca Ekstrem di Bali

Terkait pernyataan The Fed, diksi yang digunakan mencerminkan peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pada Juni lalu. Sebelumnya, pernyataan kebijakan hanya menyebutkan “sedikit kemajuan lanjutan” dalam mengurangi tekanan harga.

Komite tersebut menegaskan pihaknya tidak memperkirakan bahwa situasi akan kondusif untuk menurunkan kisaran target sampai mereka merasakan keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan ke angka 2 persen. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *