I Gusti Bagus Teja Putra. (BP/may)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Legian, Kuta, salah satu kawasan di Bali sempat hype di era 1990-an dan 2000-an. Namun perkembangan pariwisata di Bali, membuat munculnya kawasan-kawasan wisata baru, seperti Seminyak, Canggu, Munggu hingga pesisir Pantai Tabanan.

Meski demikian, menurut pelaku usaha pariwisata di Kuta, I Gusti Bagus Teja Putra, Legian masih jadi destinasi pilihan wisatawan Australia. Ia mengatakan, pelayanan berbasis budaya dan tradisi Bali, menjadi alasan masih diminatinya Legian sebagai sebuah destinasi.

“Hal-hal kecil yang dilakukan namun berkesan bagi wisatawan asing terutama wisman asal Australia adalah keramahtamahan, senyum, dan sapa. Kegiatan atau aktivitas keseharian masyarakat Bali juga diterapkan di hotel mulai dari pemberian bija (beras) bagi tamu yang baru check in, aktivitas seni tari di hotel, edukasi pembuatan loloh (jamu), penggunaan busana Bali, dan lainnya,” ungkap pria yang merupakan Corporate General Manager Fourteen Roses ini, Sabtu (17/8).

Baca juga:  Final Road Race Lintas Batas Disaksikan 15 Ribu Penonton

Ia mengaku hal itu menjadi tantangan yang besar. Sebab, perubahan zaman tidak bisa dihindari. “Di sini challenge kita bagaimana meyakinkan tamu bahwa Kuta masih menjadi destinasi yang bagus. Disinilah peran kita, dari sisi hotel bagaimana agar tetap bisa me-maintaince itu,” kata Teja.

Selain itu, Legian sangat melekat dengan market Australia sejak 2010. Saat itu wisman Australia sangat hype ke Bali. Walaupun saat ini regenerasi wisatawan terjadi, namun ia berupaya tetap menciptakan suasana wisata untuk wisman Australia.

Baca juga:  Bangli Segera Sosialisasikan, 8 Larangan dan 12 Kewajiban Wisman Selama di Bali

Dengan mengelola wisman Australia dengan baik, mengetahui kesukaannya, budaya mereka dan hal hal berkaitan dengan kehidupan orang Australia, ia optimis Legian tidak akan ditinggalkan.

Terbukti dari wisman yang datang ke Legian terutama ke hotelnya, 80 persen merupakan wisman Australia.

“Okupansi dari Juni di atas 80 persen dengan market Australia tapi 20 persennya juga domestik. Market Australia ramai saat Juni hingga pertengahan September,” ujarnya.

Baca juga:  Dari Diduga Ada Permainan hingga Bandara Ngurah Rai Berpotensi Tersapu Tsunami

Hotel yang berdiri sejak 1979 dengan tipe hotel melati ini awalnya hanya tersedia enam kamar. Dari tahun ke tahun hotel tersebut berkembang. Semua kamar berdesain Bali, seperti penggunaan batu bata dan menggunakan ornamen kayu.

Meski di daerah atau hotel lain, konsep Bali mulai menurun dan dicampur dengan konsep luar, pihaknya tetap mempertahankan pelayanan yang berbudaya Bali.

“Vibes dari Ubud kita create di sini, di Legian, karena banyak hotel muncul berkonsep atau bergaya modern, tapi kita tetap mempertahankan konsep klasik ditambah dengan budaya Bali,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *