Oleh Sahadewa
Apabila ada penghargaan atas kenyataan budaya maka perlahan tapi pasti kenyataan berbudaya sebetulnya dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengenalan keilmiahan modern. Itu terjadi manakala ada kesadaran tentang makna berbudaya. Jika makna berbudaya telah dapat diterima oleh masyarakat maka yang terjadi adalah kemampuan untuk mengenal proses.
Proses yang menimbulkan tahap. Proses tersebut menuntun diri manusia ke dalam bentuk budaya. Bentuk budaya ini sebagai bagian dari terjadinya tahap. Inilah yang menjadikan berproses budaya dapat dijadikan sebagai bentuk saintifik tertentu.
Keilmiahan (saintifik) dinyatakan dengan berbagai metode. Saintifik dengan dasar pencarian kebenaran yang berguna untuk tujuan tertentu dan tersendiri. Kemudian, kekuatan budaya diletakkan pada aspek praktis.
Inilah yang kemudian dapat ditelusuri bahwa budaya tidak lain untuk mendukung kepraktisan atas apa yang mampu dilakukan oleh umumnya masyarakat tertentu. Oleh karena itu hubungan antara budaya dengan masyarakat erat jika masyarakatnya sadar bahwa dirinya tidak terlepas dari adanya budaya tertentu. Untuk itu saintifik dikatakan memiliki kekuatan pula dalam menjadikan budaya sebagai bentuk yang nyata untuk bersama menunjang pencarian kebenaran itu.
Kebenaran itu tidak mutlak apabila dilihat dari upaya pencarian dari bidang ilmu sampai pencarian itu menuai hasilnya. Hasil yang dituai tidak mungkin tidak ada batasan kebenarannya sendiri sekalipun tingkatan kemutlakannya dapat diukur menurut metode tertentu. Apabila ada suatu metode yang sudah pas, apakah kemudian metode tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran mutlak untuk mengukur kebenaran budaya. Inilah letak salah satu persoalan yang diangkat dalam tulisan ini.
Ada suatu bentuk dan pola budaya yang berproses dengan dasar bahwa budaya itu tidak mungkin tanpa berproses. Berprosesnya budaya karena ada suatu bentuk dan pola tertentu. Inilah yang mesti dipecahkan. Pemecahan ini berupa penyelesaian (solusi) yang dapat ditawarkan sehubungan dan berkaitan dengan kebenaran ilmiah (saintifik). Jika memang benar bahwa budaya itu berproses sampai dikenal adanya berproses budaya maka perlu ketentuan bahwa kebenaran ilmiah berproses juga.
Bila ada orang yang sukses dengan berproses budaya maka orang tersebut menerapkan filsafat pengetahuan bahwa jika dirinya sudah diajak mengetahui adanya proses budaya maka yang terjadi adalah dirinya sebagai peneliti secara tidak langsung. Ketika masyarakat disibukkan dengan berproses budaya, tidak mungkin masyarakat tersebut punya cukup waktu untuk mengenali bagaimana metode proses budayanya berlangsung kecuali ada bidang khusus untuk itu dalam masyarakat tersebut. Inilah yang sering menjadi kesulitan tersendiri bagi masyarakat yang bersangkutan untuk menemukan secara mandiri mengapa budayanya itu demikian.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini dikenal dengan sebutan adanya istilah kekuatan berproses dalam budaya secara ilmiah atau ilmiah berproses.
Jika masyarakat sudah sadar bahwa berproses budaya adalah suatu bentuk dan pola ilmiah tertentu maka sebetulnya dimulai adanya penciptaan baru. Penciptaan baru tersebut adalah berkaitan langsung dengan bagaimana sebetulnya masyarakat dikenal ataupun mengenal proses ilmiah. Seterusnya proses ilmiah ini adalah tidak lain dari berproses budaya tertentu. Bila sudah berhasil menemukan ini semua, adalah tugas bagi kita semua untuk mengetahui bagaimana sebetulnya karya ilmiah nenek moyang yang termuat dalam budayanya. Kekuatan budaya bukan pada praktiknya melainkan praktik yang disertai pengetahuan ilmiah yang terkandung di tengah budaya itu.
Berproses budaya berarti ketika kebudayaan diperuntukkan atas dasar ilmiah berupa budaya maka itu pertanda dasar ilmiah sendiri sebetulnya memperoleh dukungan argumentasi. Itulah yang selama ini belum diberikan porsi yang seimbang sehingga seolah-olah ilmiahlah yang menjadi pokok. Pokok yang dituju adalah pertama, kenyataan berproses budaya pasti terjadi dan kedua, terjadinya berproses budaya perlu ataupun patut dicermati.
Di dalam pencermatan terhadap berproses budaya dan saintifik setiap waktu dapat dijadikan sebagai tanpa bentuk dan pola, apabila kelak terjadi kenyataan dinamis yang seolah-olah tidak dapat ditangkap kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan yang sesungguhnya dari kebudayaan. Inilah yang penulis sebut sebagai berproses budaya dan saintifik.
Berproses dalam kebudayaan adalah bagian dari tahap selanjutnya dari berproses budaya sehingga dapat dikatakan sekarang ini kebanyakan dari berbagai bentuk dan pola budaya masih disinggung atas dasar fenomena. Sebetulnya dapat ditelusuri lebih jauh atas dasar kemampuan dasar dari masyarakat yang bersangkutan. Inilah sebetulnya sebagai dasar keilmiahan.
Penulis, Dosen Fakultas Filsafat UGM