BANGLI, BALIPOST.com – Anjungan Penelokan, di Kintamani selama ini banyak dijadikan pedagang sebagai tempat mengais rejeki. Tak hanya pedagang acung, belakangan banyak pedagang kaki lima yang menggelar barang dagangannya di areal obyek wisata itu.
Bahkan dalam sebuah foto yang diunggah sebuah akun di akun FB pengaduan 24 jam Bangli Era Baru Senin (26/8), memperlihatkan tumpukan barang dagangan berupa sepatu dan sandal yang digelar di areal anjungan Penelokan. Unggahan itu pun menuai banyak komentar dari warga. Banyak yang mengeluhkan ulah pedagang karena dianggap mengganggu kenyamanan dan merusak pemandangan. Tak sedikit juga yang menilai Pemkab tidak tegas dalam menjaga ketertiban di areal wisata tersebut.
Dikonfirmasi terkait hal itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli I Wayan Sugiarta enggan memberikan tanggapan. Ia meminta wartawan mengkonfirmasi hal itu ke Satpol PP Bangli.
Sementara itu Kepala Satpol PP Kabupaten Bangli Dewa Agung Surya Darma mengatakan Pemkab Bangli telah memberikan tanggung jawab terkait pengawasan dan pengaturan ketertiban di areal anjungan Penelokan kepada dua desa adat di kawasan tersebut yakni Batur dan Kedisan. Tiap hari dua desa adat tersebut menugaskan masing-masing empat orang pecalangnya untuk berjaga dan mengatur ketertiban di sana.
“Kalau kami lagi di sana mengambil tindakan, nanti seolah-olah kami dianggap tidak menghargai keberadaan pecalang. Mungkin dengan adanya laporan pengaduan seperti ini kami akan lakukan koordinasi dan evaluasi dengan pecalang yang sudah ditugaskan dan diberikan tanggungjawab untuk mengatur ketertiban di sana, ” kata Suryadarma.
Pihaknya pun mengaku siap jika memang pecalang membutuhkan bantuan Satpol PP untuk menjaga ketertiban di areal obyek wisata itu. (Dayu Swasrina/Balipost)