Ketut Chandra Adinata Kusuma. (BP/Istimewa)

Oleh Ketut Chandra Adinata Kusuma, S.Pd., M.Pd.

Pulau Bali yang juga disebut Pulau Dewata masih menjadi salah satu tempat primadona bagi warga dari berbagai belahan dunia. Saat ini Bali termasuk peringkat ketiga pulau terindah di dunia, setelah Maldive dan Pulau Phu Quoc di Vietnam, versi Travel & Leisure, New York. Keindahan panorama, budaya dan spiritual, iklim tropis, serta kearifan lokal masyarakat setempat yang tidak terabrasi oleh “budaya luar” menjadi daya tarik kuat mereka untuk berkunjung ke Bali.

Tidak mengherankan apabila banyak event yang digelar atau dipusatkan di Bali, baik sifatnya kenegaraan ataupun nonkenegaraan. Kegiatan kenegaraan seperti KTT ASEAN, KTT G-20, KTT WWF yang mengundang petinggi atau pemimpin negara-negara sahabat di dunia pernah digelar di Bali.

Termasuk kegiatan non-kenegaraan seperti festival musik oleh salah satu perusahaan rokok,
festival kesenian, maupun kegiatan keolahragaan (kejuaraan sepakbola, lari, tenis) yang sifatnya nasional hingga internasional. Ambil salah satu pagelaran event yang paling rutin dan konsisten digelar di Bali, yakni International Run Race dari salah satu perbankan, yang sejak tahun 2012 hingga tahun ini menggelar event dimaksud.

Baca juga:  Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis

Data menunjukkan keterlibatan peserta meningkat setiap tahunnya, dan tahun ini tercatat hampir menyentuh angka 13.000 peserta yang berasal dari 57 negara di Asia, Eropa, Australia, Afrika dan Amerika. Sedangkan jumlah peminat atau pendaftar mencapai 30.000 pendaftar.

Dari sisi pekerja (panitia) di lapangan, tidak sedikit warga setempat yang terlibat dan berkolaborasi dengan aparatur negara. Tercatat 795 personel kepolisian, 450 pecalang desa, 265 paramedis, 900 marshal dari sekaa truna desa setempat, 139 crew refreshment, dan masih banyak lagi divisi lainnya. Sisi ekonomi jelas menggeliat di daerah tersebut, terlebih dengan adanya pemberdayaan masyarakat lokal, baik sebagai marshal, ataupun pekerja di perhotelan dan transportasi.

Manfaat lainnya adalah adanya kesempatan belajar bagi mahasiswa pada event tersebut sebagai aktivitas “belajar di luar kampus” sesuai kebijakan Merdeka Belajar dari Kemendikbud. Begitu strategisnya posisi olahraga yang mampu menghasilkan dampak luar biasa bagi perekonomian, kesehatan, dan pariwisata.

Namun demikian, perlu ditakar kembali beberapa problem dari setiap run race yang digelar di Bali, khususnya Bali bagian selatan. Penetapan lokasi event atau venue perlombaan yang menggunakan jalan raya tentu menghadirkan dampak pengalihan arus lalu lintas akibat penutupan beberapa titik jalan yang digunaka race.

Baca juga:  Ratusan Kepsek dan Guru di Karangasem Dimutasi

Problem klasik lainnya yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan sampah. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia pasti menghasilkan sampah. Selama run race berlangsung, para
pelari di sepanjang jalan akan menemui beberapa water station, bertujuan menyediakan minum (menghidrasi) pelari dengan menyiapkan cup kecil berisi minuman. Bahkan sebelum start pun di area pre-race, pelari mendapatkan fasilitas hidrasi yang sama dengan di area water station di jalur race. Sesaat setelah finish, pelari akan masuk ke area refreshment guna mendapatkan produk makanan dan minuman yang bertujuan untuk hidrasi maupun
recharge energi pasca mereka race.

Pertanyaan besarnya adalah berapa kenaikan volume sampah yang dihasilkan saat itu. Apalagi jenis sampahnya didominasi oleh sampah non-organik. Berdasarkan dua garis besar problem di atas, sudah saatnya untuk merekonstruksi khususnya pemilihan venue dan managemen sampah. Penyelenggaraan event jangan hanya berkutat di seputaran Bali
Selatan saja. Bali Utara menjadi opsi yang realistis dengan segala potensi yang dimilikinya.

Kemudian solusi management sampah, hal yang pertama tentu pemanfaatan beberapa
peralatan yang berasal dari bahan organik atau sifatnya reuse atau mudah di-recycle. Kedua
lebih banyak menyediakan kantong sampah yang mudah terlihat dan dijangkau oleh pelari
atau pun panitia.

Baca juga:  Menpora Minta Edukasi Suporter Olahraga Dimasifkan

Ketiga mengolah sampah berbasis sumber. Untuk itu, tujuan sport event sudah selayaknya menghasilkan lebih banyak faedah daripada mudaratnya. Tentu harus memiliki kaitan erat dengan ketercapaian dan mendukung 13 dari 17 SDGs, seperti memiliki badan yang sehat (SDGs 2), meningkatkan wellbeing & kualitas hidup, meningkatkan kesehatan mental,
meningkatkan fungsi kognitif, menurunkan penyakit non-communicable (SDGs 3), meningkatkan prestasi akademik dan pengembangan usia dini (SDGs 4), pemberdayaan wanita (SDGs 5), Pertumbuhan ekonomi meningkat, peningkatan pariwisata, meningkatkan lapangan kerja, menurunkan biaya kesehatan (SDGs 8), peningkatan infrastruktur berkelanjutan (SDGs 9), menurunkan gap atau ketidaksetaraan (SDGs 10), meningkatkan kualitas udara (SDGs 11), mengurangi konsumsi bahan fosil (SDGs 12), meningkatkan mitigasi perubahan iklim dan perlindungan lingkungan (SDGs 13), meningkatkan konservasi lingkungan (SDGs 14), dan mengurangi diskriminasi (SDGs 16).

Penulis, Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Undhiksa

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *