John de Santo. (BP/Istimewa)

Oleh John de Santo

World Wide IQ Tes (IQ WWigtes.com) belum lama ini mengumumkan hasil tes IQ rerata penduduk dunia termasuk penduduk Indonesia yang bertengger pada angka 84, di atas Mesir 83, tetapi di bawah Filipina dan Singapura yang masing-masingnya 86 dan 108. Dengan gambaran ini, paling tidak kita mengetahui posisi rerata tingkat kecerdasan kita dibandingkan dengan negara lain.

Asal-usul uji kecerdasan standar manusia dapat kita telusuri hingga awal abad ke-20, ketika Alfred Binet melakukan tes IQ pertama pada tahun 1905. Psikolog Perancis itu berniat mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan bantuan pendidikan di Prancis. Seiring berjalannya waktu, konsep ini berkembang, mengarah pada berbagai adaptasi dan implementasi di berbagai negara. Pertanyaannya, apa sih manfaat uji kecerdasan itu?

Peniliaan Global

Dalam konteks penilaian global, para pakar melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dari berbagai negara untuk menganalisis kemampuan kognitif. Upaya ini biasanya menggunakan tes standar seperti Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler (WAIS) atau Skala Kecerdasan Stanford-Binet, tetapi metode tes ini bukan merupakan tes tunggal yang diberlakukan sekaligus secara global.

Kini dunia mengenal World Wide IQ Tes (IQ WWigtes.com) yang merupakan upaya ambisius untuk mengukur kemampuan kognitif manusia, serta keterampilan pembelajaran sosial dan emosional dalam rangka, menstimulasi, dan menarik masyarakat dunia untuk berpartisipasi secara online.

Baca juga:  Moratorium Pembangunan Vila Jangan Hanya Wacana

Tujuan Penilaian

Tujuan penilaian dimaksudkan untuk memberikan informasi yang akurat mengenai aspek-aspek penting dari kemampuan intelektual dan karakteristik seseorang, sekaligus mengidentifikasi bidang mana dapat memperoleh manfaat terbesar dari pengembangan lebih lanjut terhadap karir dan kehidupannya, tanpa memandang latar belakang akademis, profesional, atau budaya.

Secara rinci tujuan penilaian kecerdasan global tersebut menyediakan sejumlah keuntungan antara lain: (1) Analisis pomparatif untuk memahami bagaimana kemampuan kognitif bervariasi antara budaya dan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. (2) Wawasan pendidikan untuk menginformasikan kebijakan dan praktik pendidikan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam keterampilan kognitif dari seluruh populasi. (3). Merancang kebijakan pendidikan. Untuk menginformasikan kebijakan dan praktik pendidikan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam keterampilan kognitif dari seluruh populasi. 4) Penelitian kesehatan masyarakat dalam rangka mengeksplorasi korelasi antara skor kecerdasan dan faktor-faktor seperti nutrisi, akses perawatan kesehatan, dan pengaruh lingkungan. 5) Studi sosial ekonomi, yakni untuk menyelidiki bagaimana kecerdasan berhubungan dengan hasil ekonomi, kinerja kerja, dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan.

Kecerdasan dan Prestasi

Dalam beberapa tahun terakhir, inisiatif seperti Program untuk Penilaian Siswa Internasional (PISA) dikhususkan untuk mengevaluasi sistem pendidikan di seluruh dunia dengan mengukur kinerja siswa dalam membaca, matematika, dan sains daripada skor IQ tradisional. Meskipun PISA tidak mengukur IQ secara langsung, PISA memiliki tujuan yang sama dengan menilai keterampilan kognitif dalam skala global.

Baca juga:  Bukan Gerbong yang Bergerak ke Masa Lalu

Kecerdasan biasanya dipahami sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman, memecahkan masalah, dan menggunakan pengetahuan untuk beradaptasi dengan situasi baru. Tes IQ adalah penilaian standar yang dirancang untuk mengukur kemampuan kognitif ini. Skor IQ rata-rata ditetapkan pada skala 100, dengan sebagian orang mendapat skor antara 85 dan 115.

Berbagai penilitian secara konsisten menunjukkan korelasi positif yang kuat antara skor IQ dan kinerja akademik. Skor IQ yang lebih tinggi dikaitkan dengan nilai yang lebih baik dan tingkat pencapaian pendidikan yang lebih tinggi.

Korelasi ini dapat dikaitkan dengan dua faktor utama yakni: Pertama kemampuan kognitif, dimana Individu dengan IQ yang lebih tinggi cenderung memiliki penalaran, keterampilan pemecahan masalah, dan memori yang lebih baik. Kedua kepatan belajar, dimana mereka dengan IQ tinggi akan memahami konsep baru lebih cepat dari pada rekan-rekan mereka.

Baca juga:  Terendah Kedua se-Indonesia, Konsumsi Garam Yodium di Bali

IQ juga berkorelasi dengan kesuksesan karir dan tingkat pendapatan: Pertama kinerja kerja: Studi menunjukkan bahwa skor IQ yang lebih tinggi berkorelasi dengan kinerja kerja yang lebih baik terutama dalam pekerjaan kompleks yang membutuhkan pemikiran kritis. Kedua, tingkat pendapatan. Individu dengan IQ lebih tinggi cenderung menghasilkan lebih banyak selama hidup mereka, dibandingkan dengan mereka dengan skor lebih rendah. Hal ini dapat dikaitkan dengan peluang kerja yang lebih baik dan potensi kemajuan.

Menariknya, kecerdasan tidak hanya berkorelasi dengan faktor sosial ekonomi tetapi juga hasil kesehatan. Berbagai kajian juga menunjukkan bahwa individu dengan IQ lebih tinggi, umumnya memiliki tingkat kematian yang lebih rendah. Misalnya, sebuah penelitian yang melibatkan pria Swedia menemukan perbedaan tiga kali lipat dalam risiko kematian antara mereka yang berada di ujung tertinggi dan terendah dari spektrum IQ.

Meskipun kecerdasan berkorelasi positif dengan ciri-ciri kepribadian tertentu, ia tidak selalu berhasil memprediksi kebahagiaan atau kepuasan hidup. Terdapat kajian yang menunjukkan adanya korelasi positif, sedangkan kajian lain menunjukkan bahwa, tingkat kecerdasan tinggi tidak menjamin kebahagiaan yang lebih besar karena faktor-faktor seperti isolasi sosial atau masalah eksistensial lain.

Penulis, pendidik dan pengasuh Rumah Belajar Bhinneka.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *