Pembeli menggunakan QRIS untuk membeli canang sari saat pasar murah, Minggu (22/9) di Denpasar. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Mencegah kenaikan harga bahan pokok yang melambung tinggi jelang Hari Suci Galungan dan Kuningan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali dan Bank Indonesia menggelar pasar murah.

Kepala Biro Pengadaan dan Perekonomian Setda Provinsi Bali, Ketut Ardiasa, Minggu (22/9) mengatakan, momen hari raya keagamaan memang dapat memicu inflasi. Maka dari itu pihaknya hingga kabupaten/kota serempak menggelar pasar murah untuk membantu pengendalian inflasi, terutama kebutuhan dalam rangka merayakan Galungan dan Kuningan.

Ia menyebutkan satu kebutuhan yang memicu inflasi adalah daging babi. Selain itu, komoditas pisang dan canang sari.

Untuk itu, pada pasar murah, canang sari bisa diperoleh dengan harga Rp1 melalui pembayaran QRIS. Selain itu, minyak goreng, beras, dan buah-buahan juga dapat memicu kenaikan inflasi saat hari besar keagamaan.

Baca juga:  Terlibat Narkoba, Soenartono Dituntut 17 Tahun Penjara

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Wayan Sunada menambahkan, stok daging babi masih mencukupi. Bercermin dari tahun sebelumnya yang menghabiskan 30 ribu ekor babi, di tahun ini disiapkan sebanyak 35 ribu ekor.

“Kita sudah naikkan range dari kebutuhan tahun lalu untuk Galungan dan Kuningan 30 ribu ekor menjadi 35ribu ekor. Jadi masih surplus,” ujarnya.

Meski stok babi tersedia, kenaikan harga menurutnya karena momen hari raya kebutuhannya juga meningkat. “Apalagi saat ini daging babi banyak keluar seperti ke Sulawesi, Kalimantan Barat, Lampung karena di sana kena ASF,” ungkapnya.

Baca juga:  Karena Ini, Inflasi Bali di Februari Melandai

Berdasarkan data Dinas Pertanian, saat ini harga karkas babi Rp 92 ribu, per kg. Sedangkan babi hidup Rp 49 ribu per kg.

Rata-rata babi yang keluar Bali dari Januari 2024 sampai saat ini mencapai 100 ribu ekor. “Kita tetap kendalikan dengan melakukan pendampingan- pendampingan agar harga babi stabil. Sebenarnya populasi banyak, tapi yang siap potong 65ribu,” imbuhnya.

Menurut Deputi Direktur Bank Indonesia Provinsi Bali Andy Setyo Biwado, kegiatan pasar murah cukup efektif untuk mengendalikan harga. Jika melihat data Agustus 2024, inflasi Bali 0,1 persen mtm, sedangkan secara yoy 2,31 persen. Angka ini masih dalam ranget target BI yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen.

Baca juga:  19 Budaya Bali Ini Jadi WBTB 2021

Ia pun melihat animo masyarakat juga sangat baik dalam merespon pasar murah. “Jika animo masyarakat seperti ini, mungkin kegiatan ini perlu dibuat reguler tapi tergantung dari TPID, misalnya sebulan 2 kali. Nanti kalau jelang hari raya mungkin seminggu sekali,” ujarnya.

Selain itu, momentum pasar murah juga sekaligus menjadi ajang sosialisasi alat bayar QRIS. Meski di Bali sudah cukup banyak penggunaannya, dengan adanya pasar murah diharapkan terjadi peningkatan. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *