Ketut Chandra Adinata Kusuma. (BP/Istimewa)

Oleh Ketut Chandra Adinata Kusuma, S.Pd., M.Pd

Menyimak visi pemerintah yakni Indonesia Emas 2045 yakni mengantarkan bangsa ini menjadi Negara Nusantara yang Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan di tahun 2045, kemudian melihat situasi dan kondisi saat ini maka sudah saatnya seluruh elemen bangsa untuk saling bergandengan tangan untuk berlari dan berakselerasi menuju arah visi tersebut.

Dilihat dari skor Human Capital Index, sebuah pengukuran kualitas seumber daya manusia yang diperkenalkan oleh World Bank di tahun 2018, Indonesia saat ini menempati ururtan ke-112 di dunia dengan skor 0,713. Tentu butuh effort agar bangsa ini dapat melakukan lompatan yang jauh.

Menyimak pidato Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Hari Keluarga Nasional di Kota Semarang (29/6/2024) bahwa hal ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan intelektual (IQ) rata-rata orang Indonesia masih rendah. Tahun 2023 berdasarkan data dari Wisevoter, Indonesia berada pada ranking 11 di asia tenggara dan 126 di dunia.

IQ sederhananya merupakan kemampuan seseorang dalam bernalar, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu. Dengan tingkat rata-rata IQ seperti itu, sebagian besar penduduk Indonesia cenderung menguasai low skill atau pekerjaan fisik yang lebih menguras tenaga. Sedangkan angka pekerja Indonesia dengan high skill jumlahnya masih rendah.

Baca juga:  APCAT vs Tembakau

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, juga menyampaikan bahwa salah satu penyebab hal tersebut di atas terjadi adalah kasus stunting yang tinggi di Indonesia. “Stunting membawa dampak tidak cerdas, pertumbuhan otak mengalami defisit, sehingga kemampuan intelektualnya tidak optimal”.

Dengan mengetahui akar permasalahan tersebut, langkah strategis yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan yakni pemberian pelayanan pra kehamilan dan makanan bergizi pada ibu hamil, serta optimilasasi makanan protein hewani bagi anak usia 6-24 bulan sangatlah tepat sasaran.

Apalagi program makan siang bergizi dari pemerintahan mendatang akan sangat membantu para pelajar kita di seluruh Indonesia. Selain pemberian asupan nutrisi tersebut, akan lebih sempurna apabila masyarakat Indonesia mengaktivasi gerak mereka melalui physical activity sebagai budaya baru.

Target pemerintah untuk menurunkan angka stunting di tahun 2024 dari 24% menjadi 14% akan cepat terealisasi. Mengapa physical activity akan mampu menyempurnakan asupan nutrisi dalam menekan angka stunting dan meningkatkan IQ masyarakat Indonesia?

Baca juga:  Kampanye Sehat dan Memikat

Physical activity mampu menstimuli otak untuk bekerja mengaktivasi neuron-neuron otak, aliran darah ke otak meningkat sehingga memberikan banyak oksigen dan nutrisi, dan hippocampus (bagian otak yang berfungsi untuk pembelajaran dan memori) tumbuh membesar.
Selain itu, otak merasa “senang” apabila physical activity yang dilakukan dalam intensitas sedang dengan kurun waktu 11 – 20 menit secara teratur setiap minggunya.

Rasa “senang” pada otak dimaksud seperti otak lebih banyak memproduksi dan mengeluarkan hormon dopamin (meningkatkan motivasi dan fokus), hormon
norepinefrin (meningkatkan atensi, persepsi), hormon endorfin (meningkatkan rasa nyaman, senang), hormon serotonin (meningkatkan mood).

Apabila kita simak dampak akut dari physical activity dengan intensitas sedang tersebut, maka upzise dan upgrade dari struktur hingga kualitas otak manusia dapat terjadi. Selain dampak akut yang terjadi pada anak-anak hingga remaja, kaum dewasa muda hingga
lansia akan memperoleh manfaat luar biasa apabila menjadikan physical activity sebagai budaya hidup baru.

Para orangtua sudah selayaknya memfasilitasi setiap anaknya untuk beraktivitas gerak sejak balita. Orang tua menjadi role model bagi anak sebelum mengenal lingkungan belajar yang lebih luas. Seperti mengajak berjalan di sekitar lingkungan rumah, bersepeda bersama, ataupun aktivitas fisik sederhana yang dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah.

Baca juga:  Vaksin Pariwisata Bali

Pada lingkungan sekolah, peran guru PJOK menjadi sentral baik sebagai role model ataupun influencer bagi para siswanya. Dengan demikian, benang merahnya adalah apabila kapasitas otak tumbuh dan membesar,
kualitas memori meningkat dan menguat, maka akan menjadi modalitas bagi setiap anak Indonesia dalam menangkap segala informasi.

Modalitas tersebut membuat para pendidik akan jauh lebih efektif membelajarkan siswa dengan berbagai metode ataupun model pembelajaran inovatif guna menterjadikan Insan Generasi Muda Emas di tahun 2045. Apabila hal ini terjadi secara berkelanjutan dan berkesinambungan, maka sebagai anak bangsa saya optimis dan percaya penduduk Indonesia mampu mencapai peningkatan IQ di tahun 2045 dan mentransfigurasi pekerja Indonesia menjadi lebih banyak yang high skill.

Penulis Dosen Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Undiksha

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *