DENPASAR, BALIPOST.com – Inflasi Bali mengalami kenaikan dari 2,32 persen pada Agustus 2023 menjadi 2,67 persen (yoy) pada September 2024. Pendorong utama kenaikan inflasi ini adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang naik sebesar 3,97 persen terutama beras, daging babi, dan kopi bubuk.
Plt. Kepala BPS Provinsi Bali Kadek Agus Wirawan, Selasa (1/10) mengatakan, Inflasi tertinggi tercatat di Kota Denpasar sebesar 2,99 persen. Secara bulanan (mtm), Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,13 persen. Sementara secara year to date (y-to-d), tercatat inflasi sebesar 1,46 persen
Inflasi tahunan terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sepuluh kelompok pengeluaran. Yaitu, kelompok makanan, minuman dan tembakau naik sebesar 3,97 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,76 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,42 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,76 persen.
Kelompok lainnya yang juga menyumbang inflasi yaitu kelompok kesehatan sebesar 1,68 persen, kelompok transportasi sebesar 1,95 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,31 persen, kelompok pendidikan sebesar 3,10 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,80 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,54 persen. Sementara itu, satu kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sedalam 0,28 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada bulan September 2024 antara lain beras, daging babi, kopi bubuk, sigaret kretek mesin (SKM), canang sari, tarif parkir, nasi dengan lauk, pisang, minyak goreng, sigaret putih mesin (SPM), emas perhiasan, cabai rawit, biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi, angkutan udara, kue basah, biaya Pendidikan sekolah dasar, biaya pendidikan sekolah menengah pertama, sigaret kretek tangan (SKT), kue kering berminyak, dan air kemasan.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain tomat, cabai merah, daging ayam ras, bensin, ikan tongkol atau ikan ambu-ambu, telepon seluler, bawang merah, tongkol diawetkan, pepaya, sawi hijau, vitamin, kacang panjang, ketimun, telur ayam ras, sabun mandi, kol putih atau kubis, bahan bakar rumah tangga, ikan cakalang atau ikan sisik, terong, dan garam. (Citta Maya/balipost)