Oleh I Kadek Darsika Aryanta
Seperti yang sudah diketahui bersama pemilihan mata pelajaran di SMA terjadi pada kelas 11. Selama ini, pemilihan mata pelajaran dilakukan berdasarkan rumpun mata pelajaran yang sudah kita kenal bersama seperti rumpun bahasa, IPA, dan IPS.
Terdapat kekurangan dalam pemilihan mata pelajaran ini karena tidak semua siswa menyenangi ataupun meminati dari rumpun tersebut. Bisa saja siswa dari rumpun IPS hanya meminati, mata pelajaran ekonomi saja ataupun hanya meminati mapel geografi saja.
Kelemahan inilah yang diatasi dalam kurikulum merdeka. Pemilihan mata pelajaran dilakukan dengan cara membebaskan siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan apa yang diminati tidak terbatas pada satu rumpun mata pelajaran saja. Kombinasi pemilihan mata pelajaran bisa saja terjadi antar rumpun mata pelajaran.
Sebagai contoh seorang anak SMA kelas XI bisa memilih mata pelajaran geografi, kimia, sastra inggris, dan sastra Indonesia secara bersamaan. Pemilihan mata pelajaran yang fleksibel ini sangat membuka peluang bagi siswa untuk mengembangkan minatnya secara lebih terfokus.
Bahkan sesuai dengan Permendikbud Ristek No.12 Tahun 2024 sekolah dapat menyediakan mata pelajaran yang sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah sampai 5 mata pelajaran pilihan. Mata Pelajaran pilihan ini, tidak hanya pada rumpun-rumpun IPA, IPS dan Bahasa saja tetapi sekolah juga bisa menyediakan mata pelajaran vokasi yang biasanya diajarkan di SMK.
Peluang ini tentu saja harus ditangkap oleh SMA. Jika sekolah memiliki sumberdaya yang cukup akan mampu untuk memberikan nilai lebih dari sekolah. Seperti yang sebelumnya terdapat SMA double track. Sebelum diberlakukan kurikulum merdeka, SMA double track masih kesulitan memasukan mata pelajaran tambahan di struktur kurikulum mereka. Namun, setelah kurikulum merdeka sekolah ini tidak perlu lagi kesulitan dalam memasukan mata pelajaran vokasi di struktur kurikulumnya.
Dengan memberikan ruang bagi mata pelajaran vokasi di SMA, kita telah membuka pintu gerbang bagi generasi muda untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja. Bukan hanya sekedar teori, tetapi juga praktik langsung yang mengasah kreativitas dan inovasi. Kehadiran mata pelajaran vokasi di SMA merupakan langkah maju yang sangat penting dalam sistem pendidikan kita.
Hadirnya pelajaran vokasi di SMA mengajarkan siswa keterampilan praktis yang langsung dapat diterapkan di dunia kerja. Hal ini mengurangi kesenjangan antara pendidikan dan dunia industri, sehingga lulusan lebih siap menghadapi tantangan pasar kerja yang dinamis. Keuntungan lainnya adalah, siswa dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, dan mandiri.
Mereka belajar untuk memecahkan masalah, bekerja sama dalam tim, dan bertanggung jawab atas hasil kerja mereka. Mata Pelajaran vokasi juga dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada siswa. Mereka tidak hanya menjadi pekerja, tetapi juga memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Namun pelaksanaan mata pelajaran vokasi yang ada di SMA bukan berarti tanpa hambatan. Salah satu hal yang paling kentara adalah linieritas guru yang ada di dalam sekolah tersebut terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Masalah ini, cukup pelik karena guru diharapkan minimal mengajar 24 jam pelajaran dan linier dengan sertifikat pendidiknya.
Selain itu, tidak semua sekolah memiliki fasilitas dan peralatan yang memadai untuk menyelenggarakan pendidikan vokasi. Hal ini perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah dan pihak swasta. Selain itu, kurikulum pendidikan vokasi perlu terus diperbarui agar relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri.
Penyediaan mata pelajaran vokasi di SMA tidak serta merta sesuai dengan keinginan kepala sekolah atau beberapa pihak saja.
Penyediaan mata pelajaran vokasi di SMA harus berdasarkan analisis yang cermat dan dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. Sekolah harus menjalin kerjasama dengan dunia industri untuk mendapatkan dukungan dalam bentuk praktek kerja, magang, atau pengembangan kurikulum. Untuk mengadaptasi mata pelajaran vokasi agar lebih relevan dan efektif di SMA ada beberapa hal yang mungkin perlu dilakukan agar pelaksanaannya di lapangan seperti melakukan analisis kebutuhan industri dan pasar kerja. Sekolah perlu melakukan riset mendalam mengenai kebutuhan industri dan pasar kerja saat ini dan masa depan. Ini bisa dilakukan melalui survei, kerjasama dengan industri, atau mengikuti perkembangan tren pekerjaan.
Dengan hasil riset, sekolah dapat memetakan kompetensi yang paling dibutuhkan oleh industri, sehingga matapelajaran vokasi dapat disesuaikan. Setelah melakukan analisis pasar dan juga kebutuhan industri langkah yang dilakukan adalah memadupadankan matapelajaran vokasi yang sesuai dengan analisis pasar tersebut.
Misalnya kebutuhan industri di sekolah adalah mengenai tata rias/kecantikan karena di daerah sekolah tersebut banyak terdapat salon ataupun merupakan daerah pariwisata. Sehingga sekolah perlu melakukan penyesuaian pada maapelajaran vokasi yang ingin dimasukan dalam struktur kurikulum SMA.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menyediakan tenaga pengajar. Guru perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya dan terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga apa yang didapatkan oleh siswa bisa sesuai dengan harapan dan tujuan sekolah. Sekolah juga perlu melakukan sosialisasi secara intensif kepada siswa, orang tua, dan masyarakat tentang pentingnya jurusan vokasi dan peluang kerja yang terbuka.
Adanya mata pelajaran vokasi di SMA memiliki peluang yang sangat strategis dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
Dengan memberikan bekal keterampilan yang relevan dengan dunia kerja, pendidikan vokasi dapat membuka peluang yang lebih luas bagi lulusan dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.
Penulis, Fasilitator Sekolah Penggerak kemendikbud, Dosen Praktisi Mengajar PGSD Undiksha