I Wayan Sukarsa. (BP/Istimewa)

Oleh Ir. I Wayan Sukarsa, M.M.A.

Sektor pertanian memegang peranan strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan (Kebutuhan primer) masyarakat yang terus mengalami peningkatan. Meningkatnya kebutuhan akan pangan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat yang dihitung berdasarkan deret ukur, ketersediaan pangan berdasarkan deret hitung.

Kemandirian akan pangan sangat dipengaruhi berbagai problematika, baik internal maupun eksternal untuk memenuhi secara berkesinambungan. Pemenuhan kebutuhan akan pangan, diperlukan perubahan secara
besar-besaran dan fundamental (disrupsi) melalui
langkah-langkah transformasi pertanian sebagai upaya peningkatan produksi untuk penopang pemenuhan kebutuhan pangan secara bekelanjutan.

Modernisasi pertanian merupakan upaya yang harus dan terus dilakukan, menjadi kunci meningkatkan efisiensi dan produktivitas pangan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Kemajuan dan perkembangan teknologi menjadi peluang dan mendorong transformasi pada sektor pertanian. Beberapa dekade terakhir.

Trnsformasi pertanian telah membawa perubahan besar, memberikan banyak manfaat dan dampak positif, mengubah model bisnis dalam industri pertanian, membantu dalam manajemen produksi, mengumpulkan data pertanian lebih mudah dan akurat dalam pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan tepat dalam industri pertanian.

Baca juga:  Nataru dan Galungan Dipastikan Tak Picu Kenaikan Harga Pangan

Di balik berbagai manfaat, kemudahan dan peluang yang diberikan, ternyata kemajuan teknologi digital dihadapkan berbagai tantangan dan permasalahan yang cukup pelik. Pada kenyataannya sektor pertanian didominasi oleh usaha kecil, berlahan sempit, bermodal kecil dan memiliki produktifitas yang rendah, kemampuan petani untuk memahami, mengelola, dan
mengaplikasikan pengetahuan teknologi dan
keterampilan pertanian dalam kegiatan usaha tani sehari-hari masih kurang.

Banyak petani tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup untuk menggunakan teknologi
digital dengan efektif seperti pengelolaan data pertanian, penggunaan sensor, dan analisis data memerlukan pemahaman teknis yang cukup mendalam serta kurangnya pelatihan yang memadai menjadi hambatan besar dalam mengadopsi teknologi.

Perkembangan teknologi digital juga memiliki dampak sosial dan budaya pada komunitas petani, dapat mengubah cara hidup tradisional dan mengancam keberlanjutan budaya pedesaan. Kondisi ini memberi dampak yang kurang menguntungkan dalam pengembangan teknologi dan persaingan pada pasar global di era digitalisasi saat ini.

Baca juga:  Mungkinkah Penyederhanaan Ngaben di Jakarta?

Sebagai upaya mendorong percepatan penerapan teknologi, literasi digital menjadi semakin penting karena teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara petani memperoleh informasi, berbagi
dan menerapkan pengetahuan, untuk menciptakan ide kreatif.

Dengan pemahaman menggunakan teknologi dan adaptasi yang tepat, para pelaku industri pertanian dapat mengambil manfaat dari berbagai peluang yang muncul pada sektor pertanian.

Para pakar seperti Dr. Rajendra Pachauri, Dr. Akinwumi Adesina, Prof. Louise Fresco, dan Dr. Norman Uphoff telah memberikan kontribusi besar dalam mempromosikan literasi pertanian digital dan mencari solusi untuk menghadapi tantangan dengan pendekatan yang holistik dan inklusif, sehingga dapat membawa perubahan positif dan signifikan bagi petani.

Literasi digital pada sektor pertanian dapat menyadarkan masyarakat mengenai teknik pertanian modern, manajemen agribisnis, pengelolaan lingkungan, dan integrasi teknologi untuk mengatasi tantangan seperti menjaga kemandirian pangan, perubahan iklim, pengelolaan sumber daya yang ada, dibutuhkan upaya pemberdayaan para petani melalui metode penyuluhan membantu dan memfasilitasi petani pada bidang teknologi, memahami dan menguasai konsep andragogi untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan
dalam bidang teknologi.

Baca juga:  Tantangan Keluarga di Era Digital

Penyuluhan suatu aktivitas profesional pelayanan jasa pendidikan, pembangunan yang bermartabat melalui pendekatan sisi humanisme masyarakat dengan fokus pengembangan kapital manusia, pembangunan struktur masyarakat secara konvergen, dialogis, demokratis, dan partisipatif, sehingga masyarakat, yang apatis dan
tergantung pada campur tangan pihak lain (dependent), bergeser ke masyarakat subsistem (independent), dan berkembang menjadi masyarakat yang mandiri (interdependent).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan menghadapi disrupsi teknologi untuk mempercepat dan mendorong tranformasi industri pertanian, dengan cara mengadopsi
teknologi digital, melakukan Inovasi dan meningkatkan sumber daya manusia. Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menyiapkan penyuluh yang profesional, meningkatkan infrastruktur digital di daerah pedesaan, termasuk penyediaan internet yang cepat dan terjangkau, serta akses ke perangkat digital.

Penulis adalah Analis Kebijakan pada Bidang Riset, Inovasi Ilmu Prngetahuan dan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Kabupaten Badung

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *