John de Santo. (BP/Istimewa)

Oleh John de Santo

Dalam kehidupan yang ditandai oleh otomatisasi dan serba digital ini, kecerdasan emosional (emotional intelligence) semakin berperan penting dalam mengelola berbagai aspek kehidupan, baik dalam lingkup kerja, ruang belajar, maupun dalam hubungan personal, dan interaksi online.

Ketika berbagai organisasi cenderung menggeser kegiatan tatap muka langsung menjadi kegiatan jarak jauh dengan mengandalkan wahana komunikasi digital, maka kemampuan untuk berempati dengan rekan kerja atau teman belajar, menjadi penting untuk mempertahankan kerjasama yang efektif. Persoalannya, apa itu kecerdasan emosional dan apa saja aspek-aspeknya yang perlu kita asah?

Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) atau yang juga dikenal sebagai Emotional Intelligence (EI) ini dipahami sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, mengelola, dan memanfaatkan emosi-emosi pribadi seseorang dan emosi orang lain secara efektif. Pada era digital ini, di mana teknologi semakin memediasi interaksi manusia, kecerdasan emosional menjadi perangkat keterampilan yang sangat krusial dan yang sekaligus membedakan manusia dari mesin. Tidak seperti kecerdasan nalar (Intelligent Qoutient) yang mengukur kemampuan kognitif, kecerdasan emosional menekankan pentingnya kesadaran emosional dan keterampilan interpersonal.

Baca juga:  Nusa Dua, Mercusuar Pariwisata RI

Daniel Goleman, seorang psikolog dan jurnalis sains mengenalkan teori tentang Kecerdasan Emosional dalam buka Emosional Intelligence: Whay it Can Matter More Than IQ, 1995. Karyanya itu ditulis berdasarkan penelitian John Meyer dan Peter Salovey yang lebih dahulu mengonsepkan kecerdasan emosional di 1990. Goleman menambahkan penerapan praktis terhadap teori ini dalam berbagai aspek kehidupan, terutama di tempat kerja.

Melalui observasinya John Meyer cs., melihat adanya perbedaan mencolok antara keberhasilan dalam kehidupan manusia, di mana orang dengan IQ tinggi kurang berhasil dalam kehidupan nyata dibandingkan orang dengan IQ rata-rata. Fakta ini mendorong mereka untuk menyimpulkan, pasti ada sesuatu yang lebih (something extra) dari pada sekedar IQ, yang membuat seseorang dengan kecerdasan rata-rata lebih sukses dan bahagia dari pada orang dengan kecerdasan lebih tinggi.

Baca juga:  Prokes Jaga Jarak Masih Diperlukan Hadapi Pandemi Covid-19

Aspek Kecerdasan Emosional

Ternyata sesuatu yang lebih itu adalah kemampuan individu untuk menangani emosinya. Dan faktor ekstra tersebut kemudian dikenal sebagai Kecerdasan Emosional. Secara garis besar, Kecerdasan Emosional itu mencakup lima aspek.

Pertama, kesadaran diri (self awareness). Kesadaran diri itu mengacu kepada kemampuan individu untuk mengenali emosi-emosi tertentu ketika muncul. Kemampuan ini merupakan kunci kecerdasan emosional. Kedua, pengaturan diri (self regulation). Acapkali kita hanya memiliki sedikit kendali terhadap emosi-emosi tertentu yang timbul.

Tetapi, kita misalnya dapat memperkirakan seberapa lama suatu emosi negatif seperti amarah atau depresi bertahan, setelah kita menggunakan teknik tertentu untuk menghilangkan emosi negatif itu.

Baca juga:  Banyak WNA Berulah di Bali, Visa on Arrival Agar Dievaluasi

Ketiga, motivasi. Memotivasi diri sendiri untuk pencapaian tertentu menuntut tujuan yang jelas dan sikap positif. Meskipun kita mungkin memiliki kecenderungan untuk bersikap negatif, namun dengan berbagai upaya dan latihan, kita dapat berpikir lebih positif. Apabila kita menangkap pikiran negatif ketika pikiran itu muncul, kita bisa membingkai ulang dengan pemahaman yang lebih positif, yakni sikap yang kita perlukan untuk meraih tujuan-tujuan kita. Keempat, keterampilan sosial.

Menurut Goleman, pengembangan keterampilan interpersonal merupakan tuntutan mutlak bagi keberhasilan karir dan hidup kita sekarang. Di abad modern yang selalu terkoneksi ini, setiap orang memiliki akses langsung kepada pengetahuan teknis. Maka, keterampilan manusia (people skill) menjadi jauh lebih penting dari pada sebelumnya.

Penulis, Pendidik dan Pengasuh Rumah Belajar Bhinneka

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *